(Piala Thomas dan Uber 2014) Ini Kata Sang Manajer Soal Penampilan Tim Thomas
(New Delhi, 24/5/2014)
Christian Hadinata angkat bicara soal raihan tim Indonesia di ajang Piala Thomas 2014. Tim Thomas Indonesia belum berhasil meraih target gelar juara setelah dikalahkan Malaysia 3-0 di semifinal.
Berikut hasil wawancara Badmintonindonesia.org bersama legenda hidup bulutangkis Indonesia sekaligus manajer tim Thomas 2014 ini.
Bagaimana komentar anda mengenai pertandingan semifinal?
Pertandingan ganda putra di partai kedua memang sangat menentukan. Saat sudah unggul 20-19, Hendra/Ahsan belum bisa mematikan bola, padahal lawan sangat terjepit posisinya. Tiap pertandingan pasti ada faktor luck dan unluck.
Bisa dibilang poin ini sangat menentukan dan bisa mengubah semua. Poin ini bahkan bisa saja mengantarkan Malaysia menjuarai Piala Thomas. Sebaliknya, jika Hendra/Ahsan mendapatkan poin ini, mungkin tim Indonesia bisa melaju ke final dan tak menutup peluang untuk juara. Satu poin ini dapat mengubah sejarah.
Nomor ganda putra memang menjadi strong point di tim Thomas, kalau strong point ini kalah ya susah. Seperti Lee Chong Wei yang menjadi strong point di tim Malaysia. Peran Chong Wei sangat besar, semua tunggal pertama negara lain bisa dikalahkan oleh Chong Wei.
Sementara di tim kami, Hendra/Ahsan yang menjadi andalan, saat mereka kalah, Hayom sudah dibawah tekanan, dia sepertinya blank di lapangan. Walaupun seharusnya tidak begitu, kalau saya sih dulu tidak terpengaruh, teman saya kalah, saya harus menang.
Hendra/Ahsan adalah pasangan nomor satu dunia dan sudah pernah mengalahkan semua ganda putra, apakah mereka sempat merasa over confident?
Oh tentunya tidak, over confident itu identik dengan memandang rendah lawan. Mereka adalah pasangan senior, apalagi Hendra. Mereka sudah tahu situasinya seperti apa, tidak pernah meremehkan lawan.
Persiapan tim sudah sangat maksimal, mulai dari karantina, simulasi, team building dan sebagainya. Hasil undian pun cukup menguntungkan. Menurut anda, apa yang dirasa masih kurang?
Kalau diperhatikan, belakangan ini Indonesia selalu gagal di nomor beregu. Semuanya terjadi karena kekuatan kita tidak merata.
Contohnya di Piala Sudirman 2013, kita sudah memberi perlawanan ketat kepada Tiongkok dimana nomor ganda campuran dan ganda putra sudah memberi kemenangan. Tetapi, nomor lainnya belum bisa, padahal kita hanya butuh satu poin lagi.
Kita harus punya kekuatan di sektor lain, kalau seperti ini terus, bebannya akan ketiban ke ganda putra dan campuran terus. Seharusnya dalam pertandingan beregu, beban itu bisa dibagi merata ke semua anggota tim.
Sektor lain harus memperbaiki diri, karena kelemahan kita di beregu sudah kelihatan jelas. Kita jangan mau dieksploitasi oleh lawan, karena semua negara kalau lawan Indonesia sudah bisa menebak kalau kita pasti mengandalkan dua ganda, seperti di Piala Thomas kali ini. Tapi Angga/Rian juga tidak bisa dibilang dominan.
Apakah sempat ada pertimbangan untuk menurunkan Simon Santoso sebagai tunggal kedua?
Penampilan Simon memang sedang membaik, namun Simon sudah dipersiapkan untuk menjadi andalan jika skor imbang 2-2 dan partai kelima harus dimainkan. Masalahnya, perkiraan meleset di Hendra/Ahsan.
Hendra/Ahsan sudah berhasil melewati masa kritis saat melawan Korea. Saat itu kami juga ketinggalan 0-1 dan mereka harus berhadapan dengan Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong, dimana Hendra/