(All England Open 2020) Nova Widianto: Praveen/Melati Punya Persiapan Bagus

(Birmingham, 16/3/2020)

Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti sukses merebut gelar juara pada All England Open 2020. Mereka mengalahkan Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai (Thailand) dengan skor 21-15, 17-21, 21-8.

Menanggapi kemenangan ini, Nova Widianto, pelatih ganda campuran yang mendampingi, mengaku tak kaget dengan pencapaian Praveen/Melati. Sebab dikatakan Nova, Praveen/Melati telah melakukan persiapan yang cukup matang jelang pertandingan.

“Persiapan mereka kali ini memang panjang. Kami juga evaluasi kemarin kelemahan mereka, kelebihan mereka. Kami sudah lihat kalau Praveen ada masalah di non teknisnya, sementara Meli (Melati Daeva Oktavianti) dari segi pertahanannya. Dan di sini hampir kelemahan mereka tidak kelihatan. Praveen bisa fokus, kalau salah bisa tetap fokus. Meli juga pertahanannya bagus, nggak gampang mati. Untuk final tadi saya nggak takut soal pola mainnya, tapi lebih mentalnya, faktor psikologisnya. Terutama Meli, dia sering tegang kalau main di partai final. Apalagi ini All England. Tapi ternyata di luar dugaan, malah Meli yang luar biasa, dari babak awal hingga saat ini,” ungkap Nova.

“Cuma memang sempat ada keganggu sebentar karena servisnya banyak difault. Tapi di game ketiga mereka bisa bangkit lagi,” tambahnya lagi.

Unggul di game pertama, Praveen/Melati harus rela kehilangan game berikutnya. Perubahan strategi dan beberapa kali servis Praveen yang dinyatakan gagal, membuat konsentrasi keduanya sempat terganggu. Beruntungnya di game penentu, Praveen/Melati berhasil membalikkan keadaan dan kembali tampil dominan di lapangan.

“Saat ketinggalan saya kembali mengingatkan bahwa dari segi permainan kalian (Praveen/Melati) unggul, jadi nggak usah panik. Kalau kalian nggak panik, game ketiga pasti menang lagi,” kata Nova.

Nova menambahkan rangkaian gelar yang pernah diperoleh Praveen/Melati juga secara tidak langsung mempengaruhi penampilan mereka di lapangan. Namun Nova juga berpesan agar hasil kali ini tidak membuatnya lengah, justru kian waspada demi merebut gelar-gelar lain kedepannya.

“Sebelum All England, mereka pernah juara di Denmark, Perancis dan SEA Games. Habis dari situ mereka beda mainnya. Di sini faktor Praveen menentukan, karena dia punya pengalaman pernah juara di All England. Dan saya lihat Thailandnya juga kerasa tertekan, karena mereka pengen juara. Semua dari segi persiapan, kami nggak kaget dengan hasil ini. Karena kami memang mempersiapkan semuanya. Kami lebih konsen untuk mempersiapkan individu mashing-masing dan bagaimana menutupi kelemahan mereka di lapangan,” jelas Nova.

 

“Saya juga berpesan, kadang-kadang habis juara ini suka lengah. Jangan lengah. Terutama Praveen, dia punya kualitas yang bagus, tidak usah diragukan lagi, tapi kadang-kadang lengah. Dulu sempat menang All England 2016, habis itu hilang nggak juara-juara lagi. Tapi kalau pola pikir dia bisa kaya gini terus, akan sangat bagus kedepannya. Kita nggak ngomongin juara ya, karena juara juga kadang butuh faktor luck,” sambung Nova.

“Secara pribadi saya juga ada rasa leganya. Dulu pas jadi pemain dua atau tiga kali masuk final tapi belum bisa juara. Hampir juara juga akhirnya gagal, padahal sudah unggul jauh 11-5. Jadi tadi saya ingatkan terus, unggul jauh harus tetap fokus. Karena mixed double itu saya rasa perubahan poinnya bisa lebih cepat. Contohnya pas Praveen/Melati ketinggalan 10-18 perempat final, akhirnya bisa menang. Efeknya jadi bagus. Mereka komunikasi juga jalan terus,” tutup peraih medali perak Olimpiade Beijing 2008 tersebut. (*)