Hendry Saputra Soroti Dua Hal dari Anthony

(Jakarta, 22/1/2020)

Anthony Sinisuka Ginting akhirnya berhasil memetik gelar juara di ajang Daihatsu Indonesia Masters 2020 (DIM) setelah tahun lalu harus menderita lima kekalahan di babak final. Kelima turnamen itu adalah Australia Open, Singapore Open, Fuzhou China Open, Hong Kong Open, BWF World Tour Finals 2019.

Dituturkan Kepala Pelatih Tunggal Putra PP PBSI, Hendry Saputra, sebetulnya ia mengharapkan terjadi partai all Indonesian final antara Anthony dan Jonatan Christie di DIM. Namun Jonatan dihentikan Anders Antonsen (Denmark) di laga perempat final.

"Kalau saya sebetulnya sudah berharap dari tahun lalu, karena kan kita harus jadi tuan rumah yang baik dengan menyumbang gelar. Saya malah maunya all Indonesian final, kalau Jonatan ketemu Antonsen bisa menang, saya optimis bisa ketemu Anthony di final," ujar Hendry saat diwawancara Badmintonindonesia.org.

"Gagal lima kali, setiap orang belajar dari kesalahannya. Malah menurut saya seharusnya nggak boleh gagal sampai lima kali di final, karena dia berjuang bukan cuma di 2019, tapi dari 2016 sudah berjuang di level elit. 2019 seharusnya sudah memetik hasilnya. Tapi saya tetap bersyukur atas gelar yang sudah diraih Anthony," sebut Hendry.

Di final Daihatsu Indonesia Masters 2020, Anthony merebut tahta juara setelah menundukkan Antonsen, dengan skor 17-21, 21-15, 21-9. Hendry mengatakan bahwa dalam pertandingan tersebut, Anthony bisa menerapkan dua hal yang menjadi evaluasi utamanya yaitu fokus dan ketenangan di lapangan.

"Ketenangan dan fokus, adalah dua hal yang paling sering saya diskusikan dengan dia. Dia harus punya kematangan, bisa baca situasi dari pengalaman dia. Dia harus yakin kalau dia itu pemain bagus, dari segi apa dia yang nggak bagus? Dan kita harus akui, Anthony itu memang pemain bagus," ujar Hendry.

"Tapi kalau dia nggak tenang, kan bisa kacau. Kedua, kalau nggak bisa fokus, hasilnya pasti jauh dari harapan. Dia mesti terima, harus perbaiki dan tingkatkan standard kualitas fokus dan ketenangannya, dua hal ini," lanjutnya.

Sementara itu menurut Hendry, Jonatan juga memiliki problem yang kurang lebih sama dengan Anthony. Di Daihatsu Indonesia Masters 2020, Jonatan juga dalam kondisi fisik yang tidak seratus persen. Hendry juga mengingatkan bahwa jangan sampai ini terjadi di olimpiade nantinya, hal ini bisa dijadikan pelajaran, agar kondisi tak lagi menjadi isu yang sama penyebab kekalahan.

"Setelah dicek, memang ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan, dikuatkan. Ini bagus supaya dia lebih siap, bayangkan kalau kejuaraan itu olimpiade, kan sayang. Sekarang ini jadi pelajaran, nanti di kejuaraan penting terlepas hasilnya menang atau kalah, yang penting bukan karena masalah yang sama, karena kami sudah coba perbaiki," tutur Hendry.

Menurut Hendry, absennya Kento Momota, pemain nomor satu dunia di ajang Daihatsu Indonesia Masters 2020 sebetulnya hal yang sangat disayangkan. Dikatakan Hendry, DIM merupakan salah satu ajang ujian bagi anak-anak didiknya jelang panggung olimpiade.

"Banyak yang bilang, Anthony bisa juara karena Momota absen dan Chou Tien Chen (Taiwan) sudah kalah. Kalau dari saya, justru saya maunya Momota datang dan Chou masih ada di babak akhir, karena bisa diuji lagi jelang olimpiade. Mereka adalah pemain-pemain top. Bisa saja di turnamen yang tinggal beberapa lagi jelang olimpiade, nggak ketemu lagi, maunya kan di sini (DIM)," pungkas Hendry.

Saat ini baik Anthony dan Jonatan akan fokus ke turnamen selanjutnya yaitu Badminton Asia Team Championships 2020 yang akan berlangsung di Manila, Filipina, pada 11-16 Februari 2020. (*)