(World Junior Championships 2019) Susy Apresiasi Perjuangan Pemain Junior

(Kazan, 6/11/201)

Tim junior Indonesia berhasil membawa pulang Piala Suhandinata untuk pertama kalinya. Setelah tiga kali gagal di final pada tahun 2013, 2014 dan 2015, Indonesia akhirnya naik podium tertinggi dan menjadi tim beregu terbaik dunia di kelas U-19.

Diunggulkan di posisi pertama, di final Indonesia mendapat perlawanan sengit dari Tiongkok yang merupakan unggulan kedua. Empat pertandingan final harus dilewati dengan rubber game dengan durasi lebih dari satu jam.

"Perjuangan anak-anak betul-betul luar biasa. Sebenarnya kami bisa menang 3-0. Waktu kejadian Bobby (Setiabudi), sempat kepikiran jangan-jangan keulang lagi final AJC (Asia Junior Championships 2019), sudah unggul 2-0 akhirnya kalah. Tapi saya langsung singkirkan pikiran begitu. Saya yakin kalau kita tetap bisa, yakin terus, akhirnya bisa menang 3-1," ujar Susy Susanti, Manajer Tim Indonesia.

Poin pertama disumbang ganda campuran Daniel Marthin/Indah Cahya Sari Jamil setelah mengalahkan Feng Yan Zhe/Lin Fang Ling dengan skor 21-18, 18-21, 21-11. Di partai kedua, Putri Kusuma Wardani meraih kemenangan atas Zhou Meng dengan skor 21-18, 20-22, 21-14. Indonesia nyaris menang sempurna 3-0 setelah Bobby Setiabudi berhasil menciptakan kedudukan 20-16 dan hanya butuh satu lagi champion point. Sayangnya Bobby harus mengakui keunggulan Liu Liang dengan skor 17-21, 21-17, 20-22.

Ganda putri dadakan, Putri Syaikah/Febriana Dwipuji Kusuma menjadi pahlawan penentu kemenangan tim usai mengalahkan Li Yi Jing/Tan Ning dengan skor 16-21, 25-23, 21-13. Putri biasanya berpasangan dengan Nita Violina Marwah, namun kali ini ia diduetkan dengan Febriana. Sama halnya di ganda campuran, Indah Cahya Sari Jamil berhasil menyumbang angka saat berpasangan dengan Daniel Marthin yang bukan pasangan tetapnya. Indah biasanya berpasangan dengan Leo Rolly Carnando.

"Ganda putri kita waktu lawan Thailand di semifinal kemarin masih agak kurang maksimal. Jadi kami pikir harus ada gebrakan-gebrakan lain, jadi musuh tidak menyangka. Kami sudah melihat gebrakan di ganda campuran itu berhasil di semifinal, akhirnya kami memberanikan diri untuk ubah strategi di ganda putri di final, ternyata berhasil juga," jelas Susy kepada Badmintonindonesia.org.

"Strategi utak-atik pasangan berhasil karena para pelatih sudah menyiapkan. Para pemain kan sudah sering ketemu lawannya, sudah dipelajari mainnya," kata Susy.

Medali perunggu diraih Thailand dan Jepang. Thailand dihentikan Indonesia di semifinal dengan skor 2-3, sedangkan Jepang dikalahkan Tiongkok dengan skor 2-3. (*)