Hendra/Ahsan: Kami dan PBSI Saling Bantu

(Jakarta, 4/9/2019)

Pasangan juara dunia Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan mendapat banyak apresiasi atas gelar Juara Dunia 2019 yang mereka raih. Hendra/Ahsan masing-masing mendapat bonus setengah miliar dari PB Jaya Raya dan PB Djarum.

Tak lupa Hendra dan Ahsan dalam kesempatan terpisah mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada PBSI yang telah memberikan dukungan dengan memperbolehkan mereka berlatih di pelatnas. Hendra/Ahsan memutuskan untuk menjadi pemain profesional, namun mereka masih boleh berlatih di pelatnas dan dilatih oleh tim pelatih pelatnas yang dikepalai Herry Iman Pierngadi.

"Kami mau berterima kasih kepada PBSI, selama ini kami diizinkan latihan di PBSI," kata Hendra.

"Kami pemain pro tapi tetap disupport oleh PBSI, pastinya senang, nggak semua pemain dapat kesempatan seperti itu. Kami sebenarnya masih latihan di pelatnas, tapi statusnya saja yang beda. Pelatih masih sama, makan tidur di sana, kami bersyukur lah, mungkin kalau kami benar-benar pro, pasti agak turun, soalnya dari segi sparring dan latihan pasti berpengaruh," jelas Ahsan kepada Badmintonindonesia.org.

Hendra/Ahsan mengatakan bahwa mereka dan PBSI saling bahu membahu untuk kemajuan bulutangkis Indonesia khususnya tim ganda putra. Sebagai pemain senior dengan segudang prestasi dan pengalaman, sosok kedua pemain ini sangat dihormati dan disegani para penghuni pelatnas yang sebagian besar pemain muda.

"Kami dan PBSI saling bantu, kami sebagai pemain senior. Mungkin kalau kami keluar, sosok pemain senior di pelatnas akan berkurang, walaupun nggak terlalu berpengaruh, tapi saya dulu mengalami sendiri. Waktu saya berpasangan dengan Bona (Septano), senior-senior kami seperti Hendra Setiawan/Markis Kido, Alvent Yulianto Chandra/Luluk Hadianto keluar dari pelatnas, jadi berasa buat kami, nggak ada yang ‘narik’. Kami belum matang tapi sudah harus jadi ujung tombak, jadinya malah terombang ambing," ujar Ahsan.

Saat ini di pelatnas, Hendra/Ahsan pun tengah berupaya untuk membimbing para junior mereka demi terus tersambungnya rantai prestasi di ganda putra, termasuk komunikasi dan situasi yang kondusif di dalam tim.  

"Jadi sekarang kami juga mau ‘narik’ pemain-pemain muda. Dari segi kami, kami juga butuh mereka untuk sparring kami," kata Ahsan.

"Namanya atlet, nggak bisa main sendiri. Mungkin sehebat-hebatnya Kevin/Marcus, kalau nggak ada siapa-siapa, mereka mau sparring sama siapa? Nggak bisa juga. Saya juga dulu begitu, kalau nggak ada siapa-siapa yang bantu ya nggak bisa juga. Jadi memang kami di ganda putra saling support, yang paling penting itu saling membantu," lanjutnya.

Ahsan kemudian menceritakan pengalamannya saat masih menjadi pemain junior, ia banyak dibantu oleh senior-seniornya di ganda putra. Sekarang setelah menjadi senior, ia juga harus membantu juniornya.

"Ya memang itu yang ada di ganda putra, kualitas pemain di sektor ganda putra itu sudah merata. Jadi kalau kami latihan main game, jarang kelihatan ada yang jomplang, kualitasnya sudah merata, sama-sama ‘narik’. Yang muda ‘ketarik’ sama yang senior. Ada Kevin/Marcus juga, dari latihan kan kami mau nggak mau harus mengimbangi, ini berpengaruh buat di pertandingan," sebut Ahsan.

Saat ini sektor ganda putra Indonesia memang tengah menanjak. Tiga final di turnamen Daihatsu Indonesia Masters 2019, Blibli Indonesia Open 2019 dan Japan Open 2019 dikuasai oleh ganda putra Indonesia, Kevin/Marcus dan Hendra/Ahsan.

Ahsan pun membeberkan bahwa pemain ganda putra Indonesia memiliki sebuah identitas permainan tersendiri yang menjadi ciri khas.

"Ganda putra Indonesia punya karakter sendiri, punya pola main sendiri, karakternya beda dari yang lain. Karakter ini yang dibentuk sama pelatih dan ini menjadi ciri khas," tutur Ahsan.

Karakter permainan ini, sebut Ahsan, adalah karakter tersendiri yang berbeda dengan yang dimiliki pemain-pemain dari Korea, Tiongkok dan negara-negara lain. (*)