(World Championships 2019) Eng Hian Bicara Soal Hasil Ganda Putri Di Swiss

(Basel, 25/8/2019)

Ganda putri sukses menyumbangkan medali perunggu di World Championships 2019, melalui pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Hasil ini sesuai dengan target awal pelatih ganda putri, Eng Hian yang mengatakan setidaknya Greysia/Apriyani mampu menyamai gelarnya di tahun 2018.

Pada World Championships 2018 di Nanjing, Tiongkok, Greysia/Apriyani juga pulang dengan medali perunggu.

Berikut petikan wawancara Badmintonindonesia.org dengan Eng Hian, soal hasil ganda putri Indonesia dalam laga yang berlangsung di St. Jakobshalle Basel, Swiss tersebut:

Bagaimana komentar Anda mengenai pencapaian Greysia/Apriyani di World Championships 2019?

Kalau dari hasil, kan memang dari awal saya mengatakan paling tidak bisa menyamai dari hasil tahun lalu. Pertama untuk menjaga rangking poin, kemudian yang paling penting bisa menjaga kepercayaan diri mereka. Karena dari hasil tiga turnamen kemarin itu kurang bagus. Ternyata kalau mereka itu dapat melakukan persiapan yang bagus, disiplin di lapangan, kualitas mereka semestinya kan sudah di top level. Jadi yang saya sudah sampaikan juga ke mereka kemarin, untuk tetap menjaga terus konsistensi dalam persiapan sebelum main, fokusnya di lapangan, disiplin di lapangan dan paling penting mereka tetap menjaga kontrol diri supaya nggak show off. Yang saya lihat kemarin trennya cukup baik.

Jadi saya lebih tekankan ke Greysia/Apriyani untuk terus menjaga konsistensi mental mereka. Baik sebelum bertanding maupun di dalam lapangan.

Apa yang menjadi kendala Greysia/Apriyani di semifinal kemarin?

Jadi ada kendala, bukan hanya buat Greysia/Apriyani, tapi juga beberapa pemain. Melihat di partai sebelumnya, mereka itu tentionnya, fokusnya sudah habis-habisan maksimal, kemarin pertandingan perempat final. Terus pas sudah berhasil, mereka harus bisa menjaga supaya mereka fokusnya supaya tidak turun dan merasa lega. Saya tahu mereka bukan merasa sudah puas. Tapi itu konsistensi mereka, harus lebih bisa diperkuat lagi. Jangan karena lolos ke babak selanjutnya dari lawan yang bagus, mereka langsung lega. Itu yang harus dievaluasi.

Saya melihat di game pertama (babak semifinal) kemarin mereka sedikit blank. Tapi di game kedua mereka sudah bangkit lagi. Kalau kemarin saya lihat (kendala) lebih banyak dari masalah teknis saja. Pas game pertama pola dan tempo permainan mereka terlalu pasif. Jadi hanya mengikuti pola permainan lawan (Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara) dan tidak memberikan tekanan. Di game kedua mereka sudah ada perubahan. Hanya di poin-poin akhir mereka semestinya bisa membaca kebutuhan. Apa sih poin-poin akhir yang harus dilakukan. Saya sudah memberi instruksi. Tapi kan kembali di lapangan, berani nggak mereka, misalnya merubah arah servis. Memang saya evaluasi pemain Indonesia terutama ganda putri itu kurang berani mengambil inisiatif dalam poin-poin akhir. Mereka lebih mau main safe.

 

Dengan hasil di World Championships 2019 ini, bagaimana Anda melihat peluang Greysia/Apriyani di Olimpiade Tokyo 2020?

Tentunya saya tetap optimis dengan hasil yang ada sekarang di Kejuaraan Dunia. Karena pemetaannya kan kurang lebih sama. Malah di Olimpiade masing-masing negara wakilnya cuma dua.

Peluang medali untuk di olimpiade masih terbuka lebar. Sekarang yang jadi PR saya adalah bagaimana saya tetap menjaga konsistensi, motivasi mereka. Terutama Greysia yang sudah usia, jangan sampai cedera. Untuk Apri PR nya masih banyak karena dia pemain muda, jadi harus lebih ekstra untuk meningkatkan semuanya. Powernya, speednya, kualitias individunya, mumpung masih ada waktu. Saya lihat peluang tetap ada.

 

Bagaimana evaluasi Anda mengenai penampilan Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta dan Jauza Fadhila Sugiarto/Yulfira Barkah di turnamen ini?

Untuk Jauza/Yulfira memang levelnya di turnamen Kejuaraan Dunia maupun turnamen lain sebelumnya, standar mereka masih jauh untuk bicara elite dunia. Jadi ya PR buat kami tim pelatih maupun dari atletnya sendiri, kami semua harus bekerja sama untuk bekerja keras. Nggak bisa atletnya kerja keras terus pelatihnya santai-santai, ataupun sebaliknya. Tapi semua harus menyadari, kalau mau bicara level elite dunia, semua harus bekerja keras. Itu berlaku juga untuk pemain lain ganda putri di bawah Greysia/Apriyani.

Dan catatan untuk Della/Rizki, saya lihat dari Kejuaraan Dunia ini ada satu perubahan positif terutama di masalah kemauan dan motivasi mereka untuk tidak mau kalah. Kemarin mereka tunjukkan saat melawan Korea (Lee So Hee/Shin Sung Chan), memang kalah hasilnya, tapi tren positif ini, kemauan mereka untuk berjuang habis-habisan itu terlihat. Kalau mereka memang bisa mempertahankan motivasi ini atau bahkan bisa meningkatkan, saya masih menaruh harapan ke mereka untuk bisa lolos ke Olimpiade.

Karena dari sisi teknis itu banyak pemain elite  dunia yang tidak suka dengan tipe permainan mereka. Cuma satu kelemahan mereka adalah mereka tidak tahan, tidak betah di lapangan pada saat pola permainan mereka sudah terbaca lawan, mereka seperti kaya frustasi. Nah itu saya lihat mereka di turnamen ini berbeda. Seperti ada sesuatu yang mereka perjuangkan. Karena mereka belum terbiasa dengan hal ini, ya mungkin ada faktor keletihan yang luar biasa di fokus mereka. Tapi kalau terus-terusan punya pemikiran seperti ini kan pasti akan terbiasa. Saya harap di beberapa turnamen kedepannya, mereka tetep mempunyai motivasi dan mempunyai pola pikiran seperti ini. Dengan begitu saya berharap hasil mereka akan terlihat. (*)