Rionny Mainaky Beberkan PR Utama Tim Tunggal Putri

(Jakarta, 16/3/2019)
Rionny Mainaky akan menjadi nakhoda tim tunggal putri Pelatnas PBSI terhitung per 1 April 2019.

Nama Rionny memang sudah tak asing lagi, ia merupakan mantan pemain yang kini telah memiliki segudang pengalaman melatih baik di dalam maupun luar negeri. Pria kelahiran Ternate, 11 Agustus 1966 ini merupakan kepala pelatih tim putra dan putri junior di pelatnas PBSI, serta merangkap jadi Asisten Pelatih Ganda Putra, satu tim dengan Sigit Pamungkas di tahun 2008.

Usai Olimpiade Beijing 2008, pemilik nama lengkap Rionny Frederik Lambertus Mainaky ini bertolak ke Jepang dan bergabung dengan tim Unisys dan tim nasional Jepang.

Di Unisys, ia dan empat pelatih lainnya menangani sejumlah pemain yang telah mencatat sukses seperti pasangan ganda putri peraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi, serta pemain tunggal putri peraih medali perunggu Olimpiade Rio de Janeiro 2016 dan Juara Dunia 2017, Nozomi Okuhara. Sedangkan di tim nasional Jepang A, Rionny mengepalai sektor ganda putra dan melatih Takeshi Kamura/Keigo Sonoda, Yuta Watanabe/Hiroyuki Endo dan masih banyak lagi.

Simak petikan wawancara Badmintonindonesia.org bersama Rionny.

Bagaimana awalnya bisa bergabung dengan PBSI ?
Awalnya saya sering ngobrol-ngobrol tentang tunggal putri dengan Minarti (Timur) dan Susy (Susanti) karena kami memang teman  seperjuangan dulu waktu di pelatnas.

Waktu itu saya ditanya apakah mau bantu membenahi tunggal putri, jadi kalau ketemu kami selalu memperhatikan dan diskusi tentang tunggal putri. Lama-lama saya ada keinginan untuk membantu dan membenahi tunggal putri untuk lebih baik mampu bersaing dan berprestasi di turnamen-turnamen penting. Jadi saya bilang, kalau dipercaya saya siap tapi semua tetap kebijaksanaan, penilaian dan keputusan Ibu Susy.

Mungkin ada faktor jodoh juga, ternyata saya yang dipilih. Sebelum itu saya sudah minta persetujuan istri saya dan dia sangat mendukung karena dia merasa satu perjuangan. Selama ini dia sendiri yang melatih anak kami yang juga pebulutangkis, Lyanny (Alessandra Mainaky) dan Yehezkiel (Mainaky). Dia juga berharap sektor tunggal putri pelatnas lebih semangat dilatih sama saya.

Kembali ke Indonesia setelah bertahun-tahun di Jepang, dan langsung menangani sektor yang paling menantang yaitu tunggal putri?

Saya memang suka tantangan, sebernanya tidak susah kalau kita rajin dan benar-benar menerapkan manajemen dengan tekun dan baik. Apalagi kita punya pemain yang berbakat alam dan ini akan saya usahakan semaksimal mungkin, yang penting berdoa dan bekerja keras, pasti berkat akan tercurah.

Apa PR utama yang harus dibenahi di tim tunggal putri?

Karakter, disiplin adalah budaya orang Jepang. Sebisa mungkin kita lebih rajin dari pemain Jepang. Selanjutnya adalah stamina. Kalau skill sih sudah baik, tinggal taktik bertanding dan daya juang yang pantang menyerah seperti Ibu Susy, ha ha ha.

Hal positif apa yang mesti ditiru tunggal putri Indonesia dari Jepang, khususnya pemain tunggal putri seperti Nozomi (Okuhara) dan Akane (Yamaguchi) ?

Mereka rajin, disiplin dan telaten. Semua menu latihan dilakukan dengan serius, nggak manja, nggak sombong. Mereka punya karakter atlet yang bisa dibilang hampir sempurna.

Menurut Coach, bagaimana kondisi pemain tunggal putri Indonesia saat ini?

Mereka rajin lah, tinggal dibiasakan sabar, konsentrasinya bisa lebih lama dan nggak mau nyerah walaupun sesulit apapun dalam lapangan.

Apa harapan Coach kepada Gregoria, Fitriani dan Ruselli yang akan jadi anak didik di pelatnas?

Yang pertama, rajin dan disiplin dulu. Raih cita-cita dan kesempatan ini. Latihan dan istirahat harus teratur. Olimpiade sudah di ambang pintu, di depan mata.

Dulu saya dan Mas Sigut punya kemauan dan sudah dibuktikan medali emas ganda putra di Olimpiade Beijing 2008 lewat pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan.

Lalu di Jepang ada Misaki (Matsutomo)/Ayaka Takahashi yang dapat emas dan Nozomi (Okuhara) yang dapat perunggu di Olimpiade Rio de Janeiro 2016.

Anak-anak didik saya sangat rajin dan penurut. Mereka telah membuktikan bahwa satu kata : rajin. Ini yang paling penting. (*)