(All England 2019) Kata Susy Susanti Tentang Hendra/Ahsan dan Evaluasi Tim Pelatnas

(Birmingham, 11/3/2019).

Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Susy Susanti memuji perjuangan pasangan ganda putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di laga final All England 2019. Hendra/Ahsan meraih gelar juara dengan mengalahkan Aaron Chia, Soh Wooi Yik (Malaysia), dengan skor 11-21, 21-14, 21-12.

Gelar ini terasa sangat istimewa bagi keduanya, karena Hendra sebetulnya dalam kondisi yang tidak fit setelah di semfinal mengalami cedera betis kanan.

Berikut petikan wawancara Badmintonindonesia.org bersama Susy mengenai penampilan Hendra/Ahsan dan evaluasi penampilan tim pelatnas di All England 2019. Tahun ini Indonesia mengirim tiga wakil ke semifinal. Selain Hendra/Ahsan, pasangan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dan pasangan ganda campuran Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti juga lolos.

Bagaimana komentarnya mengenai hasil yang dicapai Hendra/Ahsan?

Seperti yang saya bilang sebelumnya, tidak ada yang mustahil, sebelum pertandingan berakhir, semua memungkinkan saja, kita lihat perjuangan dari Hendra/Ahsan luar biasa. Kami semua terharu, saya sampai menangis. Karena (dengan Hendra cedera), peluangnya kecil. Ini jadi panutan buat adik-adik, kesempatan sekecil apapun kalau kita berusaha, pasti ada jalan.

Saya percaya, dan untuk Hendra/Ahsan, mereka betul-betul berjuang. Bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk Indonesia, itu yang kita patut bangga.

 

Apa komentar tentang permainan tadi?

Lihat kondisi Hendra/Ahsan, di game pertama tertekan, di game kedua mulai dapat dan mulai naik lagi, mereka kayaknya lebih percaya diri. Pasangan Malaysia mungkin over confidence karena sudah memenangkan game pertama, sudah di atas angin. Tapi dengan pengalaman dan ketenangannya Hendra/Ahsan, itu yang membuat mereka menang.

Waktu game kedua menang, di game ketiga awal mereka menekan lawan, saya sudah ada keyakinan. Tapi saya berharap Hendra/Ahsan tidak kendor, satu poin demi satu poin, cukup menegangkan.

Itu yang membanggakan, banyak hal yang membuat mereka patut dijadikan panutan. Saya katakan kepada adik-adik mereka semua, itu panutan, dari disiplinnya, attitude -nya, sikapnya, pada saat di lapangan, di latihan, benar-benar mencerminkan seorang juara.

Apa ada pesan khusus kepada Hendra/Ahsan sebelum pertandingan?

Pesan khusus tidak ada, saya kirim Whatsapp saja. Lalu saya bilang good luck untuk pertandingan final. Hendra bilang, ‘doain ya cik,". Saya jawab, ‘pasti’. Cuma itu saja, karena kan mereka yang lebih tahu mempersiapkan pertandingan. Kami kasih support saja.

Bagaimana dengan dukungan supporter selama di All England?

Kami mengucapkan terima kasih sekali atas dukungan supporter dan KBRI di Inggris yang setiap tahun selalu membantu kami, mengerahkan supporter, memberikan semangat terus. Walau tadi game pertama kalah, tapi disemangati terus, itu yang sangat membantu, jadi pemain merasa tidak sendiri di lapangan. Merasa ada support dari rakyat Indonesia.

Bagaimana evaluasi untuk hasil di All England kali ini?

Meskipun pemain profesional, Hendra/Ahsan tetap latihan di pelatnas, jadi saya tidak pernah menganggap mereka sudah di luar. Tetap menganggap mereka sebagai anak-anak kami.

Secara keseluruhan untuk pemain muda, saya melihat ada progres. Kalau tahun lalu yang lolos ke semifinal ada satu, sekarang bisa tiga. Padahal kans ke final bisa tiga wakil, tapi balik lagi ke pengalaman, ketenangan, yang bisa menentukan si atlet itu bisa tampil sampai akhir, apalagi di turnamen bergengsi seperti ini.

Fajar/Rian saya harap lebih konsisten saja. Mereka tinggal butuh ketenangan, kematangan, jam terbang yang lebih. Karena masih muda, seringkali mereka agak sedikit ‘goyang’, harus lebih berani, yang kurang sedikit dari mereka itu keberanian di lapangan, cueknya mereka, tenangnya mereka. Secara pukulan, permainan, sebetulnya sudah mulai bagus, sudah mulai naik, tapi harus lengkapi di non-teknisnya. Dari servis, poin-poin kritis, ada beberapa hal yang harus dibenahi.

Pastinya senang dengan hasil Hendra/Ahsan, intinya bisa terus konsisten berprestasi, apalagi di turnamen bergengsi. Ini memberikan semangat baru dan keyakinan, paling tidak menuju olimpiade. Apalagi yang dapat gelar sekarang Hendra/Ahsan, biasanya kita selalu bergantung pada Kevin (Sanjaya Sukamuljo)/Marcus (Fernaldi Gideon), yang selalu stabil kan mereka. Tapi sekarang ada Hendra/Ahsan, Fajar/Rian, jadi ganda putra kita bisa lebih percaya diri. Tapi tetap kerja keras lagi, karena di sektor lain masih belum, sekarang persaingan ketat, kami harus terus mempersiapkan atlet lagi.

Jangan terlena dengan satu kemenangan ini, justru ini menjadi awal untuk kami terus semangat lagi mencapai yang lebih tinggi di olimpiade nanti.

Ganda putra Indonesia  bisa mencetak hat-trick di All England walaupun beda pemain, bagaimana komentarnya?

Saat ini kekuatan ganda putra memang ada di kita, mudah-mudahan pembinaan ini bisa terus berkesinambungan. Kami harus mempersiapkan untuk generasi berikutnya, untuk di sektor lain harus ‘nguber’ juga. Paling tidak ganda campuran kemarin bagus, Tontowi (Ahmad)/Winny (Oktavina Kandow) juga, meskipun mereka baru dipasangkan di dua turnamen. Lalu Praveen/Melati, sebetulnya kan kualitas mereka sudah sama, tinggal bagaimana merapkan strategi, pola dan keyakinan pada saat-saat akhir, di bola-bola kritis. (*)