(Daihatsu Indonesia Masters 2019) Laga Terakhir, Debby Pamit
(Jakarta, 22/1/2019)
Debby Susanto mengakhiri kariernya sebagai pebulutangkis, ia memutuskan untuk gantung raket. Babak pertama Daihatsu Indonesia Masters 2019 menjadi laga terakhirnya, berpasangan dengan Ronald Alexander, Debby dikalahkan Mark Lamsfuss/Isabel Herttrich (Jerman), dengan skor 21-15, 21-13.
Simak wawancara Debby tentang pertandingan terakhir dan seputar rencananya di masa pensiun mendatang.
Bagaimana komentar Debby tentang pertandingan hari ini?
Hasilnya tidak sesuai yang kami mau, pola main tidak keluar. Di game kedua banyak misskomunikasi, sebetulnya bukan bola-bola yang sulit atau mematikan.
Hasilnya diluar dugaan?
Pasti tidak sesuai ekspektasi. Sama pasangan sebelumnya pun saya sering bertemu pasangan Jerman ini dan head to head nya banyak unggul. Hari ini sebetulnya bisa menang, bisa kalah, tapi dari tipe mainnya memang tidak sesuai ekspektasi kami.
Apa kegiatan Debby setelah pensiun?
Ke depannya, masih belum tahu, sekarang mau fokus ke keluarga, untuk badminton sudah dulu. Apalagi saya sudah menikah, jarang pulang ke rumah. Ibaratnya main rumah tangga-rumah tanggaan, tidak kayak rumah tangga beneran. Mau fokus ke orangtua, dari kecil sudah merantau, jauh dari orangtua, jadi sekarang mau quality time dulu sama keluarga.
Rencananya di akhir januari kami akan memberikan surat pengunduran diri ke PBSI. Ini pertandingan terakhir, ini penutup.
Kecewa pasti ada, main di rumah sendiri, ibaratnya terakhir kali ikut kompetisi. Dari awal fokusnya mau menikmati permainan ini, tiap pemain pasti mau menang, tapi gimana caranya bawa Ronald untuk main enjoy.
Komentar Debby soal ganda campuran saat ini?
Di bawah cik Butet (Liliyana Natsir), sekarang sudah lebih lumayan, sudah ada kemauan, motivasi lebih besar. Tapi konsistennya belum seperti senior-senior. Dalam latihan misalnya, masih belum tahu kebutuhan sendiri, merasa kurang ini harus tambahan, motivasinya ada, tapi kadang pelaksanaannya yang kurang konsisten.
Apa yang akan dikangenin dari bulutangkis?
Dari bangun tidur sarapan biasa siap-siap mau latihan, habis latihan harus istirahat. kalau ditanya apa yang dikangenin pasti banyak banget. Lebih dari setengah dari umur saya, sudah 17 tahun saya habiskan di bulutangkis.
Apa target yang belum tercapai?
Sebetulnya masih banyak ya yang belum dicapai seperti medali olimpiade, medali kejuaraan dunia. Tapi saya tidak mau fokus ke sana, saya merasa puas dengan apa yang saya dapat dari nol sampai sekarang. Bukan hasil yang didapat, tapi proses yang sudah saya lalui yang lebih saya banggakan.
Mengapa laga terkhir tidak bermain bersama Praveen Jordan?
Banyak yang request kenapa perpisahannya nggak sama Jordan? Jordan harus fokus perolehan poin olimpiade, dia harus mengumpulkan poin dan mengikuti turnamen sebanyak-banyaknya bersama Melati (Daeva Oktavianti), biarkan Jordan cari poin, supaya lebih konsisten dan lebih padu.
Ada rencana jadi pelatih?
Kalau saya bilang enggak, ya ke depannya nggak ada yang tahu. Ke depan nggak ada yang tahu, mungkin iya, tapi untuk sekaran sih tidak, mau konsentrasi ke keluarga dulu.
Sekarang sudah tidak ada cik Butet, selama ini Owi (Tontowi Ahmad)/Butet jadi momok di ganda campuran. Jadi bagaimana caranya mereka ciptakan nama-nama baru di ganda campuran, regenerasi secepatnya karena mereka sudah tidak muda lagi.
Apa pendapat Debby tentang Praveen/Melati?
Menurut saya, Praveen/Melati sudah cukup baik, komunikasi di dalam dan luar lapangan bagus. Ke depannya saya yakin mereka bisa lebih baik lagi, waktu masih panjang, masih bisa dapat gelar lain di depan. Saya doakan mudah-mudahan bisa melebihi apa yang saya raih bersama Praveen. Sebenarnya mereka hanya kurang di konsisten saja, kalau sudah bisa konsisten mereka sudah jadi pemain papan atas.
Ada yang mau disampaikan ke fans?
Terima kasih, tanpa mereka saya bukan siapa-siapa. Saya tidak pernah mimpi bisa seperti sekarang, banyak yang mendukung. Terima kasih yang sudah mendukung, dalam keadaan terpuruk dan tidak selalu di atas, sering chat kasih dukungan.
Akan rindu Istora?
Sudah pasti, tidak ada tempat seperti Istora. (*)