(Japan Open Super Series 2017) Minarti Timur Minta Tunggal Putri Lebih Berani Di Lapangan

(Tokyo, 22/9/2017) 

Gelaran turnamen Japan Open Super Series 2017 memang belum berakhir. Namun perjalanan atlet tunggal putri sudah lebih dulu harus terhenti, setelah dua wakil Pelatnas PBSI, Fitriani dan Gregoria Mariska Tunjung kalah di babak awal. 

Fitriani kalah di babak pertama dari Ratchanok Intanon, Thailand, 20-22 dan 12-21. Sementara Gregoria kalah di babak pertama kualifikasi, dari Pai Yu Po, Taiwan, 17-21, 21-17 dan 19-21.

“Level super series mungkin memang masih cukup berat buat mereka. Tapi mau nggak mau mereka harus mencoba. Karena misalnya tahun depan mereka main Uber Cup, lawannya kan ya yang di sini ini. Mereka nggak bisa nanti tiba-tiba kaget kalau harus ketemu lawan. Jadi mau nggak mau memang mereka mencoba di level super series ini. Cuma untuk menang memang masih agak berat. Paling nggak mereka bisa memberi perlawanan,” ungkap Minarti kepada badmintonindonesia.org.

Minarti mengatakan atlet tunggal putri harus bisa meningkatkan keberanian di lapangan, untuk menghadapi lawan-lawannya. Selain itu, kecepatan dalam beradaptasi juga masih perlu ditingkatkan, agar mereka tak mudah tertekan oleh lawan.

“Mental mereka saat ini kurang berani mencoba. Kalau setelah dicoba terus nggak bisa, sebenarnya tidak apa-apa, tapi yang penting mereka harus berani buat mencoba. Pemain Jepang ya mana sih yang bagus tekniknya, hampir nggak ada. Nggak seberapa bagus. Beda dengan kita yang punya banyak variasi. Cuma ya itu, pemain kita ngototnya masih kurang dan kurang berani main di lapangannya. Memang pasti tegang. Tapi di waktu tegangnya itu, nggak mau kalahnya itu ada. Pantang menyerahnya ada. Itu yang kurang di kita. Saya inginnya anak-anak walaupun kalah mereka sudah berusaha dengan baik dan mati-matian di lapangan,” ungkap Minarti.

Melihat hasil pertandingan anak didiknya, Minarti pun bersiap untuk memberikan sejumlah program demi meningkatkan kualitas pemain tunggal putri Indonesia.

“Pemain kita masih harus melengkapi semua hal, dari segi mental, mindset mereka dan cara main harus seperti apa itu mereka harus tahu. Mereka tidak bisa hanya mengandalkan satu cara main yang sama. Jadi mungkin harus ada dua atau tiga pola yang mereka kuasai untuk bisa mengatasi lawan yang berbeda-beda,” tambah peraih medali perak Olimpiade Sydney 2000 tersebut. (*)