(BWF World Junior Championships 2016) Alfandy: Bulutangkis Itu Seni

Bilbao, 9 November 2016

Alfandy Rizki Putra Kasturo/Yulfira Barkah akhirnya harus mengakhiri langkah mereka di Kejuaraan Asia Junior (WJC) 2016. Mereka dipaksa mengakui keunggulan wakil India, Satwiksairaj Rankireddy/Kuhoo Garg dalam laga tiga game pada Rabu (9/11) malam waktu Bilbao. Alfandy/Yulfira dipaksa menyerah 19-21, 21-15 dan 16-21 di babak ketiga.

“Di pertandingan tadi, postur lawan yang cowok tinggi, ini sangat menguntungkan bagi mereka. Smesnya pun tajam, sementara di depan mereka bolanya tipis dan lebih terarah,” ujar Alfandy usia laga.

Alfandy pun tak bisa menutupi kekecewaannya. Perjalanan atlet Jaya Raya ini menuju panggung WJC ini memang tak singkat. Ia mulai memegang raket tepat diusianya yang ke delapan. “Waktu itu 29 Maret 2007, ulang tahun saya yang kedelapan. Saya diajak papa ke tempat latihan Jaya Raya. Awalnya malah saya tidak suka bulutangkis, lebih suka sepak bola atau futsal. Karena dulu juga saya sering kelayapan, dan banyak main di luar setelah sekolah, akhirnya saya masuk ke Jaya Raya. Mulai dari cara pegang raket, dan lain-lain,” kenangnya.

Alfandy pun bercerita tentang turnamen pertamanya. “Waktu itu main pertama kali, senang sekali bisa menang, meskipun besoknya kalah. Kalau kalah ya saya biasanya nangis. Saya juga sempat sering kalah, sampai pernah akhirnya ingin berhenti saja. Tapi tahun 2008 itu saya lihat Markis Kido/Hendra Setiawan bisa juara di Olimpiade, saya mikir, kapan saya bisa juara Olimpiade. Papa pun terus memberikan motivasi,” tambah atlet yang lahir di Jakarta, 27 Maret 1999 ini.

Ia pun menuturkan mulai berlatih bulutangkis bertahap. Mulai dari tiga hari sampai rutin lima hari dalam satu pekan. “Saya mulai masuk Akademi Jaya Raya, di sana semua teman perantau semua. Saya tidak boleh manja, di sana saya mulai latihan sehari dua kali,” ceritanya.

Prestasi Alfandy pun perlahan mulai bersinar. Tahun 2015 lalu ia sukses menjadi juara di Singapore Youth U17 bersama Immanuel Randy. Sementara di Asia Youth U17, ia harus puas menjadi runner up bersama Phita Haningtyas Mentari. Meski langkahnya di Bilbao Arena sudah berakhir, tetapi mimpinya untuk menjadi pemain papan atas dunia masih terus menyala.

“Kalah tahun ini pasti kecewa, karena lawan kali ini bermain lebih bagus dari pada saya. Saya sendiri penasaran dengan WJC karena ini paling bergengsi di tingkat junior, semoga tahun depan bisa kembali ikut dan bisa lebih dari hasil kali ini,” ujar putra pasangan Poniman Kasturo dan Wiwin Estiana ini.

Saat ditanya arti bulutangkis baginya, Alfandy yang disapa Cunay oleh rekan-rekannya ini berujar singkat. “Bulutangkis itu seni, karena kita juga bisa mengukir prestasi melalui bulutangkis,” pungkasnya.

Setelah Alfandy/Yulfira terhenti, tim merah putih masih menggantungkan asa di nomor ganda campuran melalui Rinov Rivaldy/Apriani Rahayu, Amri Syahnawi/Vania Arianti Sukoco serta Andika Ramadiansyah/Angelica Wiratama.

Undian nomor ganda campuran selengkapnya bisa diakses di sini. (*)