Arti Emas Olimpiade Tontowi/Liliyana di Mata Gita Wirjawan

(Jakarta, 24/8/2016)

Masyarakat tengah berpesta dan larut dalam euforia kemenangan pahlawan olahraga Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang berhasil menyumbang medali emas di ajang Olimpiade Rio de Janeiro 2016.

Kemenangan ini tak hanya mengharumkan nama Indonesia di mata dunia dan menghilangkan dahaga akan prestasi tertinggi di ajang olimpiade, tetapi pengaruhnya lebih dahsyat, terutama untuk perkembangan bulutangkis di Tanah Air. Hal ini diutarakan Gita Wirjawan, Ketua Umum PP PBSI dalam acara konferensi pers yang digelar di Pelatnas Cipayung, Rabu (24/8).

“Kemenangan Tontowi/Liliyana adalah segalanya, prestasi ini mengisi vakum delapan tahun, sejak Olimpiade Beijing 2008. Delapan tahun kita haus prestasi, dan bukan prestasi yang biasa-biasa saja, masyarakat Indonesia kental akan tradisi emas olimpiade sejak tahun 1992,” kata Gita.

“Ini akan menjadi inspirasi luar biasa untuk pembinaan atlet pelatnas dan diluar pelatnas, serta klub-klub di seluruh Indonesia,” tambahnya.

“Untuk sektor tunggal putri yang paling sering dikomentari, mohon sabar. Saya percaya, bukan hanya dari program pembinaan di PBSI, tetapi kemenangan yang bermutu ini juga akan menjadi modal,” tutur Gita.

Gita juga menekankan tiga hal penting dalam pembinaan bulutangkis Indonesia yaitu sistem sponsor individu, akuntabilitas serta kaderisasi. Pada ajang Piala Thomas 2016, Indonesia telah berani mengambil resiko menurunkan pemain-pemain muda seperti Ihsan Maulana Mustofa, Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting. Ini menjadi pondasi untuk siapapun yang akan memimpin PBSI selanjutnya agar PBSI menjadi lebih baik.

Ketika ditanya apakah dirinya akan kembali mencalonkan diri di bursa calon Ketua Umum PP PBSI periode mendatang, Gita menjawab diplomatis. “Sudah saya putuskan untuk maju lagi (jadi Ketum), kalau diperkenankan,” pungkas Gita. (*)