Hendra Setiawan dan Target Genapkan Emas Olimpiade Demi si Kembar
(Jakarta, 10/8/2016)
Sosok Hendra Setiawan paling pas digambarkan dengan filosofi Ilmu Padi, semakin berisi, semakin merunduk. Artinya, semakin tinggi prestasinya, semakin rendah hatinya. Meskipun Hendra merupakan pebulutangkis yang sudah pernah menjuarai semua titel, namun ia tetap bersahaja.
Seluruh gelar juara perorangan sudah pernah diraih Hendra. Bersama Markis Kido, Hendra meraih medali emas di Olimpiade Beijing 2008, Juara Dunia 2007 dan emas di Asian Games Guangzhou 2010. Mulai berpasangan dengan Ahsan usai Olimpiade London 2012, Hendra kembali menujukkan kualitasnya sebagai pemain kelas dunia dengan kembali naik tahta juara di World Championships 2013 yang kala itu berlangsung di Guangzhou, Tiongkok. Keduanya kembali menjadi juara dunia di tahun 2015.
Namun Hendra tak pernah sekalipun dicap sombong, baik oleh rekan-rekan sepelatnas, juniornya, pelatih, atau siapapun. Ia bahkan dijadikan panutan bagi para juniornya. Hendra tetaplah sosok yang sama seperti dulu, Hendra yang pendiam. Berbeda dengan pasangan mainnya, Mohammad Ahsan, yang memang lebih ekspresif di lapangan.
“Dari dulu saya memang begini orangnya, bukan yang ekspresif, kalau diubah juga nggak bisa. Di luar lapangan, saya juga kayak gini, padahal di keluarga saya orangnya ekspresif semua. Mungkin saya jadinya mengimbangi, ha ha ha,” kata Hendra.
Bertahun-tahun menggeluti bulutangkis, pemain kelahiran Pemalang, Jawa Tengah, 25 Agustus 1984 ini mengaku sempat mengalami masa-masa jenuh. Padatnya pertandingan dan kerasnya sesi latihan memang membuat atlet tak dapat terhindar dari kejenuhan.
“Sebetulnya tidak ada rahasia gimana-gimana bisa bertahan sekian lama di bulutangkis. Mungkin dari latihannya saja yang dijaga, jangan sampai menurun. Misalnya waktu sesudah Olimpiade Beijing 2008, target saya kan emas, setelah dapat emas, latihannya jangan menurun, supaya performanya tetap diatas,” ungkap pemain dari klub Jaya Raya Jakarta ini.
“Memang habis olimpiade (Beijing 2008), saya sempat merasa jenuh dan bosan. Tetapi saya bisa mengatasinya, biasanya kalau bosan sih saya nonton film ke bioskop. Sesudahnya, saya merasa fresh lagi,” tambahnya.
Kini, Hendra bersama Ahsan tengah berkonsentrasi menghadapi pertandingan di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Demi mencapai target, Hendra yang sudah berkeluarga rela untuk meninggalkan keluarganya dan menginap di Pelatnas Cipayung agar lebih konsentrasi di persiapan jelang olimpiade. Tak tanggung-tanggung, Hendra bahkan menginap hingga empat hari dalam seminggu di pelatnas. Biasanya pada hari Senin, Selasa, Kamis dan Jumat, Hendra memilih untuk menginap di asrama.
Harapan besar untuk medali emas ada di pundak Hendra dan Ahsan. Hendra yang sudah pernah meraih emas, ingin menggenapkan dua emasnya untuk ia persembahkan kepada putra dan putri kembarnya : Richard dan Richelle.
“Pengennya dapat satu emas olimpiade lagi. Satu emas buat anak laki-laki, satu emas lagi buat anak perempuan, ha ha ha, Amien,” kata Hendra.
“Anak-anak saya adalah penyemangat terbesar, selain Sansan (Sandiani Arief, sang istri) dan orangtua saya. Setelah memiliki anak, saya lebih termotivasi. Sansan juga sering semangatin kalau mau tanding, pengetahuan bulutangkisnya sudah lumayan, kalau dulu sih nggak tahu blas, ha ha ha,” canda Hendra.
Menjawab pertanyaan para penggemarnya soal gantung raket usai Olimpiade Rio, Hendra mengisyaratkan bahwa dirinya masih jauh dari kata pensiun.
“Masih ada keinginan untuk main kok. Saya mau lihat hasil olimpiade di Rio, dari situ saya bisa tahu hati saya bagaimana. Main bulutangkis untuk cari prestasi atau bagaimana?” tutur Hendra. (*)