(BCA Indonesia Open 2106) Kata Pelatih Soal Trio Tunggal Putra yang Mulai Meroket

(Jakarta, 5/6/2016)

Nama tiga tunggal putra muda Indonesia belakangan menjadi buah bibir di kalangan pecinta bulutangkis Indonesia. Sejak penyelenggaraan BCA Indonesia Open Super Series Premier 2015 lalu, mereka mulai mendapat perhatian. Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting yang merangkak dari kualifikasi, berhasil masuk jajaran perempat final bersama delapan pemain terbaik.

Ihsan Maulana Mustofa kemudian juga unjuk gigi dengan menembus final Thailand Open Grand Prix Gold 2015. Setelahnya, ketiga pemain ini bergantian membuat kejutan-kejutan di berbagai turnamen bergengsi. Puncaknya adalah kemenangan manis di Asia Team Championships 2016. Pada ajang Piala Thomas 2015, Indonesia menembus babak final dengan mengalahkan tim kuat seperti Korea sebelum akhirnya dikalahkan Denmark di final.

Tak sampai dua minggu kemudian, ketiga pemain muda ini kembali membuat gebrakan. Kekalahan Tommy Sugiarto di babak pertama BCA Indonesia Open Super Series Premier 2016 ternyata tak menyurutkan semangat wakil-wakil tunggal putra muda Indonesia. Anthony Sinisuka Ginting nyaris membalas kekalahannya di final Piala Thomas 2016 atas Jan O Jorgensen (Denmark) dengan tampil begitu luar biasa.

Jonatan tampil dengan tenang menghadapi salah satu pemain paling ditakuti, Lin Dan, dari Tiongkok. Ia bahkan membuat kejutan dengan menundukkan Lin Dan yang ternyata adalah idolanya. Sedangkan Ihsan adalah satu-satunya wakil Indonesia yang berhasil menembus babak semifinal.

Ketiga pemain ini pun mulai dilirik dunia, berbagai pujian meluncur dari pemain-pemain senior Indonesia, pemain top dunia, sampai para legenda. Akan tetapi, Kepala Pelatih Tunggal Putra Hendry Saputra, berharap ketiga pemain ini jangan terlalu dipuji berlebihan agar mereka tidak terlena.

“Kami ucapkan terima kasih atas dukungannya kepada pemain-pemain tunggal putra. Saya bangga sekali dengan pencapaian mereka dalam dua event terakhir, Piala Thomas dan BIOSSP 2016. Bukan pekerjaan mudah membina atlet muda, karakter beda-beda, melawan pemain berkualitas, tetapi hasilnya teknik tidak beda jauh,” ujar Hendry.

“Namun masih banyak yang mesti ditingkatkan dari pemain-pemain ini, soal mental adalah pekerjaan besar. Semangat masih kurang, dan masih kurang ulet juga,” tambahnya,

Sebelum Ihsan bertanding melawan Lee Chong Wei (Malaysia), Hendry punya dua pesan khusus yang dibisikkan kepada anak didiknya tersebut. Pertama adalah tetap menjaga semangat, khususnya di ajang sebesar BIOSSP. Hal kedua adalah jadi pemain harus lebih ulet di lapangan, tidak boleh gampang dimatikan oleh lawan, tidak boleh ‘mati’ hanya karena dua-tiga kali dismash oleh lawan.

Kedepannya, para pemain muda ini akan dipersiapkan dan ditargetkan untuk meraih prestasi di level SEA Games 2017 dan Asian Games 2018. (*)