(BCA Indonesia Open 2016) Ricky-Rexy Evaluasi Pencapaian Pemain Indonesia

fiogf49gjkf0d

(Jakarta, 4/6/2016)

Indonesia belum berhasil mengirim wakil ke partai puncak BCA Indonesia Open Super Series Premier 2106 (BIOSSP). Sebagai tuan rumah yang turun dengan kekuatan penuh, Indonesia dinilai bisa meraih hasil yang lebih baik.

Tiga pasangan andalan harus terhenti di babak 16 besar. Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari ditaklukkan Vivian Kah Mun Hoo/Woon Khe Wei (Malaysia) dalam dua game langsung, 17-21, 19-21. Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir juga secara mengejutkan takluk dari pasangan baru, Kim Astrup/Line Kjaersfeldt (Denmark), 19-21, 17-21. Hendra/Ahsan tak dapat mengulangi kemenangan di final Piala Thomas atas Mads Conrad Petersen/Mads Pieler Kolding (Denmark) saat dihentikan dengan skor 21-19, 13-21, 18-21.

“Tadinya harapan memang ada di ganda putra dan ganda campuran, tetapi mereka kalah di babak awal, saya pribadi tentunya kecewa. Sebelum turun di pertandingan ini, mereka sudah sangat siap. Mengenai waktu mepet dengan Piala Thomas dan Uber, ini tidak bisa dijadikan alasan karena lawan juga sama-sama ikut Piala Thomas dan Uber,” ujar Ricky Soebagdja, Manajer Tim Indonesia di BIOSSP 2016.

“Bicara soal kesiapan, pemain kami siap kok, apalagi tim ganda campuran yang punya banyak persiapan selama Piala Thomas dan Uber 2016. Ini tidak bisa dijadikan alasan, khususnya mereka yang mau ke olimpiade. Kami akan melakukan evaluasi, diskusi bersama, mengenai apa saja yang perlu diperbaiki,” jelas Rexy Mainaky, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI.

Rexy juga memberi kritik membangun kepada para pemain, setiap pemain hendaknya memiliki keinginan besar untuk menjadi juara.

“Saya sempat kecewa dengan pernyataan Tontowi (Ahmad), setelah kekalahannya dia bilang ada tekanan karena harus juara. Kami tidak mengharuskan dia juara, tetapi ini mestinya datang dari dirinya sendiri. Sebagai pemain yang sudah juara dunia dan juara All England tiga kali, saya rasa wajar kalau Tontowi ditargetkan juara di sini (BIOSSP). Ini baru Indonesia Open, bagaimana di olimpiade nanti? Tekanan pasti akan lebih besar,” kata Rexy.

Di satu sisi, hal yang perlu disoroti dari hasil turnamen ini adalah kiprah pemain-pemain muda tunggal putra Indonesia yang mulai diakui dunia. Tiga pemain tunggal putra, Ihsan Maulana Mustofa, Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting makin mantap menghadapi pemain Top 10 dunia. Dengan mengejutkan, Jonatan mampu mengatasi ancaman Lin Dan, pemain andalan Tiongkok. Anthony pun tampil luar biasa saat menghadapi Jan O Jorgensen (Denmark). Ihsan yang kini berusia 20 tahun, menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang berhasil merebut tiket semifinal BIOSSP. Di usia muda, Ihsan sudah menjadi tumpuan saat menghadapi pemain rangking dua dunia, Lee Chong Wei.

Di sektor ganda putri, kekalahan pasangan senior Greysia/Nitya ternyata menjadi cambuk buat pasangan pelapis, Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istarani yang sukses menghentikan unggulan dari Korea, Jung Kyung Eun/Shin Seung Chan. Begitu pun Tiara Rosalia Nuraidah/Rizki Amelia Pradipta yang dalam perjalanan ke perempat final menyingkirkan wakil Jepang, Shizuka Matsuo/Mami Naito serta peraih medali emas Olimpiade London 2012, Tian Qing/Zhao Yunlei (Tiongkok).

“Perjuangan Ihsan patut diapresasi, meskipun dikalahkan Lee Chong Wei, namun Ihsan sudah berjuang maksimal, dia sempat mengejar di game kedua. Harus kita akui Lee Chong Wei lebih berpengalaman dan masih lebih unggul, ini bisa jadi pelajaran untuk Ihsan kedepannya,” ujar Gita Wirjawan, Ketua Umum PP PBSI yang menonton langsung perjuangan Ihsan di Istora, Sabtu (4/6).

“Dua tahun lagi kita punya tiga pemain tunggal putra yang sekarang levelnya tidak jauh dengan pemain Top 10 dunia. Jonatan, Ihsan dan Anthony silih berganti mempersulit pemain-pemain di Top 10, mereka hanya kurang tenang saja, sering terprovokasi lawan, masih labil,” tambah Rexy.

Lepasnya gelar juara dari genggaman selama tiga tahun berturut-turut membuat PBSI bakal menjadikan Indonesia Open tahun depan sebagai salah satu target utama selain turnamen seperti All England. Pemain pelapis dinilai sudah siap untuk diberi target.

“Kedepannya, pemain lapis dua kami nilai sudah siap. Tidak kearah menciptakan kejutan lagi, akan kami challenge mereka, bisa nggak jadi juara?” pungkas Rexy. (*)