Badminton Australia Gelar Seminar Sport Science di Jakarta

(Jakarta, 25/5/2016)

Bekerjasama dengan PBSI dan Kedutaan Australia di Jakarta, Badminton Australia menggelar acara seminar Sport Scienceyang berlangsung hari ini, (Rabu, 25/5) di gedung Kedubes Australia, Kuningan, Jakarta.

Hadir sebagai narasumber, Andrew Perks dari Badminton Australia dan Cory Innes dari Victorian Institute of Sports, serta beberapa atlet Australia seperti Gronya Sommerville dan atlet Indonesia yang kini menetap di Australia, Setyana Mapasa. Peserta seminar terdiri dari pelatih fisik PBSI Cipayung, perwakilan klub-klub bulutangkis di Indonesia serta pengurus provinsi PBSI.

Pada kesempatan ini, terdapat dua hal utama yang dibahas oleh kedua ahli sport science dari Negeri Kangguru tersebut. Pertama adalah mengenai pemulihan dan cedera pada atlet.

Terkadang atlet hanya fokus pada latihan teknik dan latihan fisik, tanpa menguasai teknik pemulihan. Padahal setelah dikaji lebih dalam, teknik pemulihan ini tak kalah pentingnya. Proses pemulihan adalah proses yang kompleks dan rumit dan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya nutrisi, lifestyle, psikologi, dan sebagainya. Pemulihan atlet setelah bertanding juga tak cuma mencakup pemulihan fisik, tetapi juga pikiran dan mental.

“Teknik pemulihan ini penting untuk atlet yang memiliki jadwal latihan dan kompetisi yang padat, kurang lebih seperti atlet PBSI yang jadwalnya ketat sekali. Mereka yang rentan akan cedera dan sering melakukan latihan angkat beban, juga harus menguasai teknik ini. Teknik ini pun sesuai untuk atlet-atlet yang akan bertanding di olimpiade,” ujar Perks yang menjabat sebagai Performance Coach di Badminton Australia.

Perks juga membeberkan kebiasaan-kebiasaan atlet binaannya. Selama 45 – 60 menit setelah bertanding, para pebulutangkis Australia wajib melakukan proses pemulihan yang terdiri dari 10 menit pendinginan serta 10-30 menit leg draining (posisi telentang dengan kaki disenderkan di tembok melawan gravitasi untuk melancarkan aliran darah). Teknik ini sudah terbukti secara medis dapat membantu atlet pulih lebih cepat dan menjaga atlet dalam jangka panjang.

Para atlet bulutangkis Australia juga diminta untuk melakukan teknik pemulihan yang paling mudah, murah namun paling efektif yaitu tidur.

“Tidur adalah kunci dari pemulihan atlet. Atlet kami dibiasakan tidur siang setidaknya 20 menit sehari, karena sudah ada penelitiannya. Kualitas tidurnya pun harus diperhatikan, satu jam sebelum tidur, atlet harus jauh dari handphone, karena handphone mengeluarkan blue light yang mengganggu produksi hormon melatonin yang berkaitan dengan tidur,” jelas Innes, Strength and Conditioning Coach ini.

Tiap atlet bulutangkis di Australia dibekali perlengkapan yang diberi nama “Recovery Tool Box” yang berisi alat-alat penunjang pemulihan diantaranya massage ball, roller pillow, dan lainnya. Pemain-pemain muda diberikan sebuah kartu kecil yang harus diletakkan di tas raket mereka, kartu ini berisi langkah-langkah teknik pemulihan yang benar.

Masih mengupas peranan teknologi dalam pemulihan atlet, Badminton Australia merekomendasikan alat-alat seperti Garment Compression Garments and Boots yang terbukti membantu proses pemulihan dengan relatif cepat.

Kalau diperhatikan, banyak atlet bulutangkis yang kini memakai sejenis kaus kaki panjang, ini adalah salah satu contoh compression garment yang berfungsi mengurangi pergerakan otot dan memberikan tekanan secara terus-menerus sehingga bisa menjaga ada otot-otot agar tidak selama bertanding. Sedangkan compression boots biasanya dipakai di proses pemulihan, fungsinya melancarkan sirkulasi darah, setara melakukan jogging ringan setelah pertandingan.

Selain itu Innes juga membahas mengenai bagaimana menghindari atlet dari cedera. Salah satunya dengan manajemen latihan. Lewat manajemen yang terencana yang mengatur intensitas gerakan dalam latihan dan pertandingan, seorang atlet bisa terhindar dari cedera. (*)