(Piala Thomas dan Uber 2016) Bisikan Ini Bangkitkan Semangat Hendra/Ahsan

(Kunshan, 20/5/2016)

Kemenangan Tim Thomas Indonesia di semifinal Piala Thomas 2016 atas Korea bukan cuma membuat tim mengamankan satu tempat di babak final. Namun laga ini sekaligus menjadi pembuktian bahwa ditengah berbagai hambatan, Indonesia tetap mampu berprestasi.  

Berbeda dengan tim Thomas dari negara-negara lain yang diperkuat pemain-pemain berpengalaman yang bertengger di peringkat atas, Indonesia justru mempercayakan pemain-pemain muda untuk bertarung di perebutan lambang supremasi beregu ini. Bahkan Anthony Sinisuka Ginting, pemain berusia 19 tahun yang menyumbang kemenangan atas pertandingan melawan Korea, baru pertama kali berlaga di Piala Thomas.

Penampilan pemain andalan pun dinilai tengah menurun. Pasangan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan tahun-tahun sebelumnya mengoleksi berbagai titel bergengsi seperti Juara Dunia 2015 dan 2013, All England 2014, titel super series premier di Indonesia, Malaysia serta super series finals di Malaysia tahun 2013 dan di Dubai tahun 2015, tahun ini baru mengumpulkan satu gelar dari ajang Thailand Open Grand Prix Gold 2016. Performa mereka juga kurang memuaskan di sejumlah turnamen terakhir dengan terhenti di babak-babak awal.

Sebelum laga semifinal, penampilan Hendra/Ahsan pun bisa dibilang belum 100 persen. Mereka bahkan gagal menyumbang angka untuk tim Indonesia di perempat final melawan Hong Kong, usai dikalahkan Or Chin Chung/Tang Chun Man, dua game langsung, 17-21, 19-21.

Saat tim Thomas dinyatakan resmi akan berhadapan dengan Korea, Hendra/Ahsan dipastikan akan menjadi andalan sebagai ganda pertama menghadapi pasangan rangking satu dunia, Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong. Dua belas kali bertemu, Hendra/Ahsan mengantongi lima kemenangan, sedangkan tujuh diantaranya digenggam Lee/Yoo.

Di partai pertama, Jonatan Christie tak dapat membuka kemenangan setelah ditundukkan Son Wan Ho. Semua sudah berdebar menanti hasil di partai kedua. Akankah Hendra/Ahsan mampu mengatasi Lee/Yoo yang tampil brilian di pertandingan semalam saat berhasil menyudahi perlawanan Fu Haifeng/Zhang Nan lewat pertarungan kelas dunia nan dramatis?

Hendra/Ahsan tampil begitu tenang dan tahu betul bagaimana caranya menghentikan Lee/Yoo yang belum terkalahkan sepanjang gelaran Piala Thomas 2016. Hendra/Ahsan cuma butuh dua game saja untuk menyumbang satu poin kepada tim Thomas yang saat itu sedang ketinggalan 0-1. Lee/Yoo dibuat sama sekali tak berkutik.

Hanya dalam semalam, Hendra/Ahsan mampu mengubah penampilan mereka dan menjadi salah satu penyelamat tim Thomas. Sebagai pemain senior, Hendra/Ahsan adalah panutan bagi anggota tim yang sebagian besar pemain muda.

Ternyata peran tim ofisial juga sangat besar. Sudah menjadi tugas tim untuk saling menyemangati satu sama lain. Sebelum bertanding, tim ofisial ternyata membisikan hal yang membakar semangat Hendra/Ahsan.

“Sederhana saja, kami mengingatkan kalau mereka adalah juara dunia, mereka punya mental juara. Melihat usia dan pengalaman mereka, kami yakin Hendra/Ahsan bisa mengatasi masalah asal mereka yakin dengan diri mereka sendiri. kita semua tahu lah mereka itu juara, jadi tidak perlu banyak instruksi, tapi yakinkan, You Are the Champion!” ujar Chef de Mission Tim Thomas dan Uber Indonesia, Achmad Budiharto, memberi bocoran.

“Kalau dibilang hari ini Korea kelelahan akibat bermain melawan Tiongkok, bisa saja, mungkin Korea full fokus ke Tiongkok. Tapi kami juga harus memberi kredit buat pemain kita, pemain muda sudah bisa diandalkan, Hendra/Ahsan dari drop bisa comeback begitu superb!” ujar Rexy Mainaky, Manajer Tim Indonesia yang juga memuji penampilan Hendra/Ahsan.

Semoga Hendra/Ahsan dapat menjaga performa mereka hingga ke partai final. Tim Thomas Indonesia masih menunggu calon lawan di final, antara Denmark dan Malaysia. (*)