(Singapore Super Series 2016) Ganda Putri Thailand Kini Patut Diperhitungkan

 

 

(Singapura, 13/4/2016)

Bukan cuma Tiongkok, Korea, Jepang, ganda putri Thailand kini mulai patut diperhitungkan di kancah perbulutangkisan dunia. Pasangan muda Thailand, Puttita Supajirakul/Sapsiree Taerattanachai, sempat menggoyang dua ganda putri terbaik Indonesia.

 

Supajirakul/Taerattanachai tercatat pernah menghentikan peraih medali emas Asian Games Incheon 2014, Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari di babak semifinal German Open Grand Prix Gold 2016 dengan skor 16-21, 24-22, 21-19.

 

Pada kejuaraan Singapore Open Super Series 2016, pasangan juara Polish Open 2016 ini kembali menyulitkan ganda Indonesia, Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri Sari lewat laga sengit berdurasi 61 menit. Pertarungan mendebarkan ini akhirnya ditutup dengan kemenangan Della/Rosyita lewat skor tipis 21-19, 25-23.

 

“Sekarang ini bisa dibilang kekuatan ganda putri makin merata, yang banyak kemajuan bukan Thailand saja, ini harus diperhatikan,” jelas Eng Hian, Kepala Pelatih Ganda Putri PBSI yang mendampingi Della/Rosyita saat bertanding.

 

“Pasangan Thailand ini punya pertahanan yang kuat. Mereka ini tipenya mengharapkan serangan lawan, lawan dibikin pontang-panting, baru mereka memanfaatkan kesempatan untuk balik serang. Della/Rosyita kelihatan penasaran, biasanya smash nya Rosyita itu tembus, kok ini nggak tembus? Padahal seharusnya diolah dulu, dibongkar dulu, misalnya diberi dropshot dulu, di-lob dulu, setelah posisi lawannya rusak, baru kita serang,” ungkap Eng.

 

Selain itu, menurut Eng, penampilan Della/Rosyita juga perlu dievaluasi. Meskipun menang dua game langsung, namun Della/Rosyita dinilai terlalu banyak membuat kesalahan sendiri yang sangat membahayakan posisi mereka yang sering memimpin perolehan angka. Pada saat adu setting, Della sempat gagal melakukan servis, hal ini tentu menambah keyakinan lawan untuk mengejar angka di saat kritis.

 

“Bagaimana kesiapan atlet kita untuk jaga feeling juga perlu diperhatikan. Kalau lawan si A pasti menang, lawan si B itu berat. Jangan pernah meremehkan dan kalau lawan pemain yang peringkatnya diatas kita, harus punya motivasi lebih,” ujar Eng.

 

“Della/Rosyita harus bisa mengantisipsi strategi lawan, kebiasaan lawan, mereka masih kurang cepat memahami apa yang harus diperbuat. Harus kita liat dari video analisis nanti, Della/Rosyita sering kehilangan poin bukan dari strategi lawan, tetapi dari kesalahan yang mereka buat sendiri,” tambahnya.

 

Lebih lanju menurut Eng, satu hal yang perlu dilakukan untuk mengasah kemampuan Della/Rosyita dan satu pasangan muda lainnya yaitu Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istarani, adalah dengan menambah jam terbang mereka.

 

Della/Rosyita menyusul rekannya, Rizki Amelia Pradipta/Tiara Rosalia Nuraidah yang sudah lolos ke babak kedua tanpa susah payah karena lawan mereka dari babak kualifikasi langsung berlaga di babak utama.

 

Sedangkan pasangan muda Apriani Rahayu/Jauza Fadhila Sugiarto dihentikan Naoko Fukuman/Kurumi Yonao (Jepang), 21-7, 21-17. Pasangan Natasha Herloardjo/Rofahadah Supriadi Putri juga mundur di game kedua saat menghadapi wakil Negeri Sakura, Yuki Fukushima/Sayaka Hirota, 3-21, 3-11. (*)