(All England 2016) Greysia/Nitya Kalah, Eng Hian Evaluasi Sistem Kepelatihannya

(Birmingham, 11/3/2016) 

Menyikapi kekalahan salah satu andalan Indonesia, Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari, pelatih ganda putri, Eng Hian, mengevaluasi sistem kepelatihannya. Eng Hian tak ingin menyerahkan kegagalan kepada atlet binaannya, sebaliknya ia justru banyak mengevaluasi pola latihan dan komunikasi di sektor ganda putri sejauh ini. 

“Evaluasi secara teknis saya lihat dari dua turnamen (German Open 2016 dan All England 2016) ini, nggak banyak ya. Tapi ini lebih evaluasi non teknis. Saya lihat penampilan Greysia/Nitya tidak seperti biasanya. Lebih ada faktor ketegangan, seperti ada beban yang tidak terlepaskan. Kembali lagi saya jadi bukannya mengevaluasi mereka berdua, tapi saya lebih mengevaluasi kepada diri saya sendiri. Apakah ada komunikasi saya yang salah, apakah ada penyampaian yang salah, atau selama ini ada penjabaran program turnamen dan target yang membuat mereka jadi beban. Karena buat Greysia/Nitya dua turnamen ini merupakan turnmen awal, yang kemarin evaluasi Piala Uber tidak saya hitung,” jelas Eng Hian. 

Greysia/Nitya terhenti di babak pertama All England 2016. Mereka kalah dari pasangan Jepang, Naoko Fukuman/Kurumi Yonao, 18-21 dan 21-23. Sebelumnya di German Open 2016, Greysia/Nitya juga kalah dihentikan pemain non unggulan asal Thailand, Puttita Supajirakul/Sapsiree Taerattanachai, 21-16, 22-24 dan 19-21, di babak semifinal.

“Dari akhir tahun 2015, saya sudah jabarkan bahwa target mereka ada di All England, Indonesia Open Super Series Premier dan Olimpiade. Turnamen diantara itu sebagai penjembatan saja. Namun bukan tanpa target, mereka tetap tidak boleh kalah yang nggaknggak. Sebagai pemain rangking dua dunia, mereka harus mempertahankan dan memperlihatkan kualitas permainan mereka. Ini yang saya lihat lagi, saya mempertanyakan kepada diri saya, apa ada komunikasi yang salah dalam penjabaran tersebut. Saya lebih mengevaluasi diri saya ketimbang penampilan pemain,” kata pelatih yang akrab disapa Didi ini.  

“Untuk dua turnamen ini saya tidak banyak mengevaluasi permainan mereka. Saya menyadari dengan adanya perkembangan zaman, harus ada perubahan pola komunikasi dalam latihan. Dulu pola pikirnya, kalau mau bahagia harus bekerja keras dulu. Sekarang nggak bisa. Saya harus kasih mereka happy dulu baru mereka mau bekerja keras,” tambah Eng Hian. 

Di All England 2016, dua wakil ganda putri yang diturunkan juga harus menelan kekalahan lebih awal. Di babak dua, Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi kalah dari Christinna Pedersen/Kamilla Rytther Juhl, Denmark. Sedangkan Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri Sari dikalahkan pemain Korea, Jung Kyung Eun/Shin Seung Chan. 

“Komunikasi mendalam mengenai evaluasi hasil di sini masih belum semua dikeluarkan. Karena saya juga mengerti beban mereka. Kalau dipaksakan yang ada nanti sama-sama emosi. Karena All England juga menjadi target mereka pribadi. Nanti di Jakarta baru kita gali lebih dalam lagi apa yang menjadi kendala, untuk menyusun program kedepannya menuju Olimpiade,” ungkapnya lagi. (*)