(World Championships 2015) Laga Terakhir di Istora, Vita Marissa Siap Gantung Raket

 
 
(Jakarta, 12/8/2015)
Laga ganda putri di babak kedua Total BWF World Championships 2015 menjadi pertandingan terakhir Vita Marissa di stadion Istora. Vita menyatakan akan gantung raket setelah 21 tahun malang melintang di dunia bulutangkis.
 
Vita yang berpasangan dengan Shendy Puspa Irawati, dikalahkan pasangan kembar Luo Ying/Luo Yu, 10-21, 9-21.
 
Berikut petikan wawancara Badmintonindonesia.org bersama Vita di Istora usai pertandingannya, Rabu (12/8).
 
Berlaga terakhir di Istora, apa yang Vita rasakan saat ini?
Rasanya sedih tetapi tidak mau dibuat sedih juga. Walaupun nanti sudah pensiun, saya tetap ingin memberikan sumbangsih untuk bulutangkis Indonesia. Sudah tidak bisa jadi atlet, tetapi kan bisa jadi pelatih.
 
Sejak kapan Vita sudah berpikir untuk pensiun?
Sebetulnya sudah kepikiran mau pensiun sejak tahun 2012, karena waktu itu usia saya sudah menginjak 31 tahun. Saat itu saya berencana mau istirahat setahun dan rileks dulu. Lalu saya bertemu dengan Lala (Variella Aprilsasi) dan kami malah bisa jadi juara di Australia. Lalu motivasi saya meningkat lagi. Kemudian bertemu Jordan (Praveen Jordan) dan kami mulai dari nol dan prestasi kami lumayan bagus. Sehabis itu saya tidak berani lagi bilang mau pensiun.
 
Sesudah pensiun mau jadi pelatih, apakah memang cinta dengan dunia bulutangkis?
Memang saya tidak bisa lepas dari dunia bulutangkis, dan tidak bisa lepas dari Indonesia. Ada beberapa tawaran dari luar negeri, namun saya inginnya di Indonesia.
 
Setelah Kejuaraan Dunia, apa rencana Vita selanjutnya?
Saya akan berpasangan dengan Andrei Adistia di ganda campuran dan bermain hingga akhir tahun ini. Kita lihat saja beberapa bulan kedepan.
 
Apa yang sudah Vita dapat dari karir di bulutangkis?
Saya sudah berkarir di bulutangkis kurang lebih 21 tahun. Selama itu, banyak sekali pelajaran hidup yang saya dapatkan, yang tidak dapat saya bayangkan sebelumnya. Saya banyak belajar sifat orang, belajar menghargai orang, bisa bertemu kepala negara, jadi terkenal di dunia, wah banyak lah, pokoknya bulutangkis tidak ada duanya!
 
Apa pengalaman paling menyedihkan selama berkarir di bulutangkis?
Saat saya tertimpa cedera bahu, lalu saya harus dioperasi. Saat itu saya kehilangan segalanya dan harus mulai dari nol lagi, tabungan habis semua dan nilai kontrak turun. Rasanya sedih, tetapi hikmahnya banyak sekali. Saya belajar, kalau kita punya sesuatu harus dijaga baik-baik, dan jaga hubungan baik dengan banyak orang.
 
Ada momen menyedihkan, tentunya ada yang membahagiakan juga kan?
Tentunya ada. Setelah mengalami musibah cedera bahu, saya bisa tampil di Olimpiade Beijing 2008. Rasanya senang sekali bisa come back walaupun harus usaha dari bawah lagi. Lalu saya bisa berprestasi juga di ganda putri bersama Butet (Liliyana Natsir). Sesudahnya, saya tidak bisa complain lagi, begitu banyak berkah yang saya dapat.
 
Menurut Vita, siapa atlet putri yang berpotensi besar kedepannya?
Rosyita (Eka Putri Sari) sebetulnya pemain yang punya prospek kedepannya. Sayang dia cedera. Kalau anak-anak saya lihat lebih banyak masalah non teknis, saya ingin memberi motivasi untuk anak-anak. (*)