(Asia Junior Championships 2015) Tidak Fit, Gregoria Terpaksa Kalah Dari Jepang

fiogf49gjkf0d

(Bangkok, 3/7/2015)

Satu-satunya wakil tunggal putri Indonesia di Asia Junior Championships 2015, Gregoria Mariska, akhirnya harus terhenti di babak tiga, Jumat (3/7). Bermain tiga game, Gregoria akhirnya menyerah dari Moe Araki, Jepang, 14-21, 21-19 dan 10-21.

“Gregoria seharusnya bisa ambil di game pertama. Sebelum lawan mengembangkan permainannya, Gregoria tidak memanfaatkan untuk mengambil game. Masuk ke game dua, lawan semakin ulet dan susah dimatikan. Sementara Gregoria banyak melakukan kesalahan sendiri,” kata Sarwendah Kusumawardhani, pelatih tunggal putri.

“Di game ketiga kondisi Gregoria semakin turun, karena dia juga sedang sakit flu, jadi napasnya mungkin agak susah di lapangan. Dia nggak maksimal mainnya, tapi dia masih ada usaha untuk melawan, mental-mental pengen menangnya masih ada. Cuma karena kondisinya nggak fit, jadi lebih susah ngejarnya,” kata Sarwendah lagi.

Keuletan Moe memang diakui Gregoria menyulitkan langkahnya kali ini. Gregoria pun mengaku tenaganya cukup terkuras karena kondisinya yang tidak fit.

“Dari kemarin sudah nggak enak sebenarnya. Tapi saya harus tahan. Di game ketiga tadi saya merasa sudah habis di lapangan, skor jadinya jauh banget,” ujar atlet Pelatnas asal klub Mutiara Bandung tersebut.

Dengan demikian habis sudah wakil tunggal putri di Asia Junior Championships 2015 ini. Sebelumnya di babak dua, Made Deya Surya Saraswati sudah lebih dulu kalah. Sementara Ruselli Hartawan dan Jauza Fadhila Sugiarto sudah kalah dari babak pertama.

Terhenti tanpa wakil di perempat final, Sarwendah pun mengevaluasi penampilan anak didiknya. Masalah jam terbang pertandingan juga menjadi sorotan dari Sarwendah.

“Kalau kita lihat atlet-atlet luar, mereka banyak yang sudah wara-wiri di turnamen level GP atau bahkan GPG. Sementara pemain kita belum, masih baru mau memulai. Ke depannya anak-anak ini memang harus lebih banyak dikasih kesempatan, perbanyak jam terbang. Karena kalau mereka sudah punya itu, mereka lebih bisa bersaing,” jelas Sarwendah.

“Sangat kelihatan bedanya, junior-junior yang jam terbangnya kurang, permainan mereka masih polos se