PBSI Gelar Diskusi Bersama Mantan Atlet

 
 
(Jakarta, 30/6/2015)
 
Jelang Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) menggelar diskusi bersama para mantan atlet bulutangkis. Acara dilangsungkan di Pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta pada Selasa (30/6) dan dihadiri oleh Christian Hadinata, Susy Susanti, Alan Budikusuma, Imelda Wiguna, Taufik Hidayat, Ivanna Lie, dan masih banyak lagi.
 
Pada pertemuan kali ini, para mantan atlet memberikan masukan dan sumbang pikiran mengenai persiapan apa saja yang mesti dilakukan jelang olimpiade. Seperti diketahui, bulutangkis yang merupakan salah satu cabang olahraga andalan Indonesia di olimpiade, ingin menyambung kembali tradisi medali emas di olimpiade yang sempat terputus di Olimpiade London 2012.
 
“Tujuan dari diskusi ini adalah bertukar pikiran dan meminta masukan dari para teman-teman mantan pebulutangkis. Sebagai mantan pemain bulutangkis, mereka pasti tahu soal bulutangkis. Apalagi terkait persiapan ke olimpiade, semua ini tujuannya demi bulutangkis Indonesia. Kami ingin kembali jaya seperti sebelumnya,” tutur Rexy Mainaky, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI yang memimpin jalannya diskusi.
 
Mantan pemain yang kini kerap menjadi penasihat senior bulutangkis Indonesia, Christian Hadinata, membuka diskusi dengan mencetuskan ide untuk membentuk tim khusus jelang olimpiade tahun depan. Christian juga memaparkan bahwa peluang meraih medali ada di sektor ganda.
 
“Nomor ganda putri berpeluang besar di olimpiade 2016, inilah saatnya. Begitu juga ganda putra, peluang juga terbuka. Sementara nomor ganda campuran, selalu nyaris (menang), kali ini harus dapat medali emas. Untuk nomor tunggal, perjuangannya memang bisa dikatakan sangat berat,” kata Christian.
 
Sementara itu, Susy Susanti, peraih medali emas tunggal putri di Olimpiade Barcelona 1992 menghimbau agar para pemain-pemain yang diproyeksikan harus mendapat perlakuan khusus demi persiapan yang maksimal.
 
“Harus ada pemain-pemain yang diprioritaskan, setidaknya setahun sebelum olimpiade. Selain itu, hal yang paling utama adalah menjaga agar pemain tidak cedera, karena kalau sudah cedera itu susah. Mau tambah program latihan, tidak kuat, kalau tidak ditambah, tidak maksimal. Intinya kita harus bisa memaksimalkan para senior untuk mencapai target dan menjaga pemain yang muda-muda untuk kedepannya,” jelas Susy dalam paparannya.
 
Selain itu, padatnya jadwal pertandingan guna pengumpulan poin olimpiade juga menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan. Jelang olimpiade, para atlet memang berlomba-lomba mengikuti turnamen demi pengumpulan poin jelang olimpiade.
 
“Inilah tantangannya, bagaimana mengatur pemain yang diproyeksikan ke olimpiade untuk mengikuti rangkaian turnamen. Bagaimana menjaga rangking mereka, namun jangan terlalu kelelahan ikut pertandingan,” ujar Ivana Lie.
 
Diskusi yang baru pertama kali digelar ini rencananya akan menjadi agenda rutin di PBSI. Para mantan atlet bulutangkis menyatakan bersedia untuk terus memberikan saran dan masukan hingga berlangsungnya olimpiade tahun depan. (*)