PBSI Lakukan Evalusi Kejuaraan Dunia 2014

(Jakarta, 4/9/2014)
Usai berakhirnya ajang BWF World Championships 2014, PP PBSI melangsungkan rapat guna mengevaluasi performa atlet Indonesia di ajang bergengsi yang dihelat di Denmark, 25-31 Agustus 2014 tersebut. Rapat evaluasi dipimpin langsung oleh Gita Wirjawan, Ketua Umum PP PBSI, di Pelatnas Cipayung (Rabu, 3/9).
 
Pada acara ini juga hadir Achmad Budiharto (Wakil Sekretaris Jenderal PP PBSI), Rexy Mainaky (Kabid Binpres PP PBSI), Ricky Soebagdja (Kasubid Pelatnas PP PBSI), Joseph Halim (Kabid Dana Usaha dan Keanggotaan PP PBSI) serta Lius Pongoh (Manajer Tim Indonesia di BWF World Championships 2014).
 
“Pada rapat evaluasi ini, kami berdiskusi mengenai hasil yan dicapai para atlet di kejuaraan dunia. Dari hasil ini akan diambil langkah-langkah untuk memperbaiki kekurangan apa saja yang perlu diperbaiki. Hal ini dimaksudkan agar mereka dapat meningkatkan penampilan dan meraih hasil yang lebih baik di kejuaraan selanjutnya yaitu Asian Games 2014,” ujar Gita kepada Badmintonindonesia.org.
 
Absennya dua andalan Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (ganda campuran) dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (ganda putra), membuat Indonesia tak menargetkan dua medali emas seperti yang ditetapkan di awal. Namun dua medali ditargetkan kepada Tommy Sugiarto (tunggal putra) dan Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari (ganda putri). Namun hanya Tommy yang berhasil mempersembahkan medali perunggu, sedangkan Greysia/Nitya terhenti di babak delapan besar.
 
“Kami memang mengharapkan dua wakil bisa lolos ke final, yaitu Greysia/Nitya dan Tommy. Sebenarnya kalau Tommy tidak mengalami kejadian terpeleset, dia bisa saja mencapai targetnya. Turning poinnya adalah saat kejadian tersebut, fokusnya hilang. Padahal sebelumya poin demi poin dapet dari game planning yang bagus,” komentar Rexy soal evaluasi penampilan pemain Indonesia.
 
“Untuk di ganda putri, sayang juga Greysia/Nitya kalah dari pemain Jepang. Menghadapi pemain Jepang memang menjadi pekerjaan rumah buat ganda putri Indonesia. Bukan cuma teknik, tapi yang penting kita punya kesabaran kalau menghadapi pemain Jepang. Dan saat game kedua, Greysia/Nitya kehilangan fokus juga,” jelasnya.
 
Akan tetapi, menurut Rexy, penampilan tim Indonesia tak dapat sepenuhnya dibilang gagal total. Sejumlah pemain pelapis sempat unjuk gigi di kejuaraan ini. Sebut saja pasangan Anggia Shitta Awanda/Della Destiara Haris yang mengejutkan publik di stadion Ballerup Super Arena dengan mengalahkan unggulan pertama, Bao Yixin/Tang Jinhua (Tiongkok).
 
Pasangan Praveen Jordan/Debby Susanto juga tampil baik dengan menyulitkan unggulan ketiga sekaligus pasangan tuan rumah, Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen.
 
“Kami memang belum berhasil menempatkan dua finalis, tetapi kalau dibilang gagal total juga ekstrim sekali. Secara keseluruhan ada yang lain dari penampilan tim kami. Saat di Copenhagen saya sempat mendapat tanggapan positif dengan perkembangan pemain-pemain Indonesia dari para pelatih negara lain. Ini adalah feedback dari orang lain, tanpa kita membangga-banggakan hasil yang kita capai,” cerita Rexy.
 
Rexy juga mengatakan bahwa hasil eva