(BCA Indonesia Super Series Premier 2014) Tontowi/Liliyana Belum Berhasil Taklukkan Istora
(Jakarta, 21/6/2014)
Rasa penasaran menjadi jawara di kandang sendiri masih bakal terus menyelimuti pasangan ganda campuran terbaik Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Empat kali ambil bagian dalam gelaran Indonesia Open sejak tahun 2011, belum satu kalipun mereka naik podium juara.
Pada babak semifinal BCA Indonesia Super Series Premier 2014, Tontowi/Liliyana masih belum mampu berjaya di stadion Istora Senayan saat dikalahkan musuh bebuyutan mereka dari Tiongkok, Xu Chen/Ma Jin, 21-18, 12-21, 15-21.
Dalam acara jumpa pers usai pertandingan, Xu mengatakan bahwa stamina Liliyana yang sudah berkurang menjadi sebuah keuntungan untuknya dan Ma. Kesempatan ini berhasil mereka manfaatkan sebaik-baiknya.
“Kami merasa turning point-nya ada di game ketiga saat interval poin 11, Liliyana staminanya kelihatan menurun, jadi kami bisa membalap mereka. Setelah kekalahan di game pertama, kami memang punya strategi khusus di game kedua dan ketiga,” ungkap Xu.
Masalah menurunnya stamina ini disangkal oleh Liliyana, ia mengaku bermain dibawah tekanan hingga sulit menahan laju Xu/Ma, sedangkan stamina bukan menjadi perkara utama.
“Kalau ditanya soal stamina, sekarang kalau disuruh main lagi saya juga masih kuat. Kami bermain dalam tekanan dan mereka yang atur ritme permainan, jadi kelihatannya kami kelelahan, padahal tidak kok. Kami sulit mematikan mereka, sebaliknya, Xu/Ma balik serangnya bagus dan malah bisa mematikan, ibaratnya mereka mau mukul gaya apa, mau gaya kolong juga dapat poin,” ungkap Liliyana.
“Di lapangan sempat kepikiran, kenapa ya di sini (Indonesia) susah banget jadi juara? Apa karena Tontowi tidak mau jadi juara di sini ya? Ha ha ha,” canda Liliyana.
Tontowi pun merasa sebetulnya target juara adalah sesuatu yang realistis buatnya dan Liliyana. Apalagi mereka kerap meraih gelar-gelar bergengsi seperti World Championships 2013 serta hattrick di All England 2012, 2013 dan 2014.
“Mungkin memang Istora ini angker ya buat saya? Setelah pertandingan itu rasanya kecewa sekali,” tutur Tontowi.
Dalam pertandingan berdurasi 68 menit tersebut, Tontowi/Liliyana memang tidak tampil dalam performa terbaik. Rotasi keduanya pun kerap diacak-acak oleh Xu/Ma yang sudah tahu betul kelemahan dan kekuatan Tontowi/Liliyana.
“Saya memang banyak ditarik ke belakang, ini memang tidak bisa dihindari di dalam sebuah permainan. Namun saya tidak merasa bermain di belakang itu adalah kelemahan saya, kadang saya juga bisa mencetak poin saat di belakang lapangan,” beber Liliyana.
Di partai final, Xu/Ma masih menanti lawan mereka antara pasangan Korea, Lee Yong Dae/Shin Seung Chan atau Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen (Denmark). Dengan kekalahan Tontowi/Liliyana, maka Indonesia tinggal berharap pada pasangan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. (*)