(World Junior Championships 2014) Jonatan Christie Petik Pelajaran Berharga

(Alor Star, 11/4/2014)
Jonatan Christie menyayangkan kekalahan pada pertandingan final nomor beregu ajang BWF World Junior Championships 2014. Pebulutangkis tunggal putra rangking satu dunia junior ini dikalahkan Shi Yuqi, pemain rangking dua dunia junior asal China, dengan skor 19-21, 20-22.

Kekalahan Jonatan membuat Indonesia gagal mengamankan satu poin dari nomor tunggal putra pada laga final beregu yang memperebutkan Piala Suhandinata ini.

"Saya tidak menyangka hasilnya seperti ini. Saya pikir seharusnya saya bisa menang. Shi ada kemajuan dibandingkan pertemuan kami sebelumnya. Permainan net dia di sebelah kiri cukup baik, bola-bolanya safe, jarang mati sendiri. Pukulan Shi juga sudah tidak polos lagi, banyak tipuannya," kata Jonatan kepada Badmintonindonesia.org.

Tunggal putra menjadi salah satu nomor andalan Indonesia baik di ajang beregu maupun perseorangan. Dengan bekal pengalaman di sejumlah turnamen kelas international challenge, Asia Junior Championships serta World Junior Championships pada tahun lalu, Jonatan berhasil mengumpulkan poin hingga dirinya dinobatkan sebagai pemain dengan peringkat tertinggi dunia di kelas junior saat ini.

Ditambah lagi, Jonatan tercatat pernah mengalahkan Shi pada ajang beregu BWF World Junior Championships 2013 di Bangkok, Thailand, dengan skor 21-14, 21-18. Namun pada laga final WJC 2014 yang digelar di Stadion Sultan Abdul Halim, Jumat (11/4), Shi balik membalas kekalahannya dari Jonatan.

Pertarungan dua tunggal putra terbaik di kelas U-19 ini berlangsung sengit dari game pertama. Jonatan yang tertinggal 12-16 di game pertama, sempat memperkecil ketertinggalannya hingga kedudukan 19-20. Sayang, dua poin krusial gagal dibukukan Jonatan.

Di game kedua, Jonatan melakukan unforced error hingga tertinggal jauh 3-10. Namun Jonatan adalah pemain muda yang dikenal gigih dan tak pernah putus asa. Meskipun dalam kedudukan sulit untuk mengejar ketertinggalannya, perlahan ia mengumpulkan satu demi satu poin.

Usaha Jonatan pun berhasil. Delapan poin diraihnya hingga ia balik menekan Shi dengan menyalip perolehan skor menjadi 11-10 untuk keunggulannya.  Sejak saat itu, Jonatan kian tampil percaya diri hingga memimpin 20-17. Hanya satu poin lagi dibutuhkan Jonatan untuk memperpanjang nafas menuju game ketiga.

Namun yang terjadi justru sebaliknya, satu poin tersebut sangatlah sulit didapatnya. Shi melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Jonatan di pertengahan game ketiga. Ia menahan laju perolehan skor Jonatan dengan meraih lima angka berturut-turut menuju kemenangannya.

Kekecewaan tampak jelas di raut wajah Jonatan. Hal ini diakuinya beberapa kali terjadi padanya. Di saat-saat kritis, Jonatan masih belum bisa mengatur emosinya hingga ia kerap terburu-buru ingin menyelesaikan pertandingan.

"Hal ini memang beberapa kali terjadi pada saya. Ini saya jadikan pelajaran, ambil positifnya saja, kalau tidak pernah kejadian, darimana saya bisa belajar dan merasakan situasi seperti ini," ujar Jonatan.

"Dilihat dari teknik permainan, sebetulnya sudah tampil bagus sekali, dia bisa mengeluarkan permainannya. Tetapi sayang, Jonatan belum bisa mengontrol emosinya saat unggul di poin-poin kritis, sering terburu-buru dan kurang sabar," tutur Imam Tohari, sang pelatih.

"Di game pertama, Jonatan seharusnya bisa memenangkan pertandingan. Begitu juga di game kedua saat unggul 20-17. Tetapi saat lawan dapat angka, Jonatan jadi tambah panik," tambah Imam.

Akan tetapi, Jonatan mengaku tak ingin larut memikirkan kekalahan di nomor beregu. Pasalnya, ia masih punya tugas menanti di nomor perseorangan. Jonatan bersama tiga wakil tunggal putra, Anthony Sinisuka Ginting, Muhammad Bayu Pangisthu, dan Firman Abdul Kholik siap untuk mewakili Merah-Putih di laga perseorangan t