(Vietnam International Challenge 2014) Ketika Junior Indonesia Berhadapan dengan Pemain Top Dunia

(Jakarta, 30/3/2014)
Dua pemain tunggal putra junior Indonesia mendapat banyak pelajaran berharga di ajang Vietnam International Challenge 2014. Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting berkesempatan untuk menjajal kemampuan saat melawan salah satu pemain top dunia, Nguyen Tien Minh (Vietnam).

Anthony lebih dulu berhadapan dengan Tien Minh di babak kedua turnamen yang digelar di Hanoi ini. Setelah berjuang tiga game, 21-19, 18-21, 12-21, Anthony akhirnya harus mengakui keunggulan lawan tersebut.

"Kalau dibilang sulit sekali juga tidak ya, soalnya kami juga sudah terbiasa sparring dengan senior-senior kami di pelatnas seperti mas Tommy (Sugiarto), mas Sony (Dwi Kuncoro) dan mas Hayom (Rumbaka)," kata Anthony.

"Pola main Tien Minh yang cepat cukup menyulitkan, saya belum bisa mengimbangi kecepatannya. Selain itu, saya juga masih sering blank dan terburu-buru mau mematikan bola," ungkap pemain asal klub SGS PLN Bandung.

Belum mampu menaklukkan Tien Minh, Anthony mengambil hikmah dari kekalahannya. Berduel selama 74 menit dan mencuri satu game dari pebulutangkis rangking 10 dunia tersebut, Anthony merasa kemampuan pemain-pemain muda Indonesia tidaklah terlalu jauh.

"Sebenarnya kalau dari kemampuan, kami yang muda tidak terlalu jauh sama Tien Minh, meskipun dia adalah pemain Top 10 dunia. Tetapi kami masih kurang pengalaman, jadi kadang kurang sabar dan kurang berani di dalam permainan," ujar juara Tangkas Specs Junior Challenge 2013 ini.

Di babak perempat final, giliran Jonatan yang dihadapkan dengan Tien Minh. Meskipun akhirnya harus kalah 21-23, 15-21, Jonatan memetik banyak pelajaran berharga dari Tien Minh.

Seperti diungkapkan Jonatan kepada Badmintonindonesia.org, berhadapan dengan Tien Minh yang tampil di kandang sendiri, merupakan pengalaman yang tak akan dilupakan oleh Jonatan.

"Tentunya saya senang bisa sapat kesempatan ketemu pemain top dunia, sayangnya saya belum bisa membuat kejutan," ujar Jonatan yang dihubungi di Hanoi.

"Selain harus menghadapi Tien Minh yang sudah jauh berpengalaman, saya sempat tegang juga karena satu stadion mendukung Tien Minh semua. Bahkan sampai tim panitia juga ikut mendukung lawan saya," tutur juara Prim-A Indonesia International Challenge 2013 ini.

"Pertandingan ini adalah pengalaman berharga buat saya karena saya bisa merasakan tekanan dari pendukung lawan yang jumlahnya begitu banyak di stadion. Apalagi lawan saya adalah pemain kelas dunia," tambah pemain rangking satu dunia junior.

Jonatan, pemain berusia 17 tahun ini pun tak ingin menjadikan situasi ini sebagai beban. Tien Minh yang sudah unggul segala-galanya, ternyata malah mendapat kekuatan tambahan dari riuhnya dukungan supporter di Cau Ciay Stadium.

"Kalau melawan pemain yang lebih berpengalaman, saya harus lebih berani dan nekat mainnya," ucap Jonatan.

"Kalau rasa menyesal atas kekalahan ini sih ada, tetapi mungkin sudah jalan-Nya. Mungkin rezeki saya di kejuaraan yang lain. Setelah ini saya akan mempersiapkan diri ke World Junior Championships 2014," tambahnya.

Sementara itu di tunggal putri, Hanna Ramadini gagal mempertahankan gelar juara setelah terhenti di babak perempat final. Ia dikalahkan unggulan kelima, Sannatasah Saniru (Malaysia), 16-21, 21-19, 13-21.

Indonesia menempatkan lima wakil di babak semifinal Vietnam International Challenge 2014. Keenam wakil tersebut adalah Fikri Ihsandi Hadmadi (tunggal putra), Kevin Sanjaya Sukamuljo/Selvanus Geh (ganda putra), Melvira Oklamona/Melati Daeva Oktavianti, Annisa Saufika/Ni Ketut Mahadewi Istarani (ganda putri) dan Alfian Eko Prasetya/Annisa Saufika (ganda campuran). (*)