(Asia Junior Championships 2014) Bambang Supriyanto: Sektor Tunggal Putri Mesti Berbenah

(Taipei, 19/2/2014)
Dua pemain tunggal putri Indonesia terhenti di babak pertama kejuaraan Asia Junior Championships 2014. Vehrenica Debora Rumate dan Fitriani gagal melewati rintangan pertama dan harus angkat koper lebih awal. Sementara dua wakil lain, Ruselli Hartawan dan Gregoria Mariska melaju ke babak kedua.

Bagaimana pandangan Bambang Supriyanto, pelatih tunggal putri tim AJC 2014 mengenai penampilan anak didiknya? Berikut petikan wawancara Badmintonindonesia.org dengan Bambang di Taipei Gymnasium, Rabu (19/2).

Bagaimana komentar anda mengenai penampilan pemain tunggal putri di babak pertama Asia Junior Championships 2014?

Bisa dilihat sendiri bagaimana penampilan mereka. Gap-nya masih jauh sekali dengan pemain-pemain junior dari negara-negara lain. Artinya, banyak pekerjaan rumah untuk pembinaan sektor tunggal putri. Bukan cuma PR buat pelatih dan PBSI, tetapi seluruh pihak termasuk masyarakat bulutangkis Indonesia. Kondisi tunggal putri kita betul-betul memprihatinkan, sudah berada di titik nadir.

Banyak hal yang mesti diperbaiki di sektor tunggal putri, harus menyeluruh. Baik teknik, fisik, fighting spirit, ya semuanya. Menurut saya, mereka belum bisa bersaing di AJC. Harus benar-benar dipersiapkan lagi, dilatih lagi.

Menurut anda apa penyebab utama kekalahan Vehrenica Debora Rumate dan Fitriani?

Vehren mengatakan kalau dia grogi, mungkin karena ini AJC pertama dan pengalaman dia belum banyak. Tetapi tetap saja permainannya seharusnya bisa lebih baik dari itu, dia punya postur tubuh yang tinggi, tetapi belum bisa dimanfaatkan dengan baik. Selain itu tadi penampilannya juga seperti tidak bertenaga.

Banyak orang yang mengatakan kalau Fitriani itu bagus, tetapi kali ini dia juga belum bisa tampil baik. Dia bertanya kepada saya apa yang masih kurang. Menurut saya pukulannya masih polos,, kurang variasi dan monoton, tidak menyulitkan lawannya. Power-nya juga masih kurang.

Tunggal putri meloloskan dua wakil yaitu Ruselli Hartawan dan Gregoria Mariska. Gregoria sempat dipaksa bermain rubber game oleh pemain asal Filipina. Bagaimana menurut anda?

Gregoria itu juara di kelas junior, di Indonesia dia itu yang terbaik. Kenapa bisa sampai seperti ini melawan pemain dari Filipina? Artinya standard pemain-pemain tunggal putri junior sudah menurun. Yang terbaik di Indonesia saja masih belum bisa bersaing di internasional, bagaimana yang lainnya?
Saya bilang hal ini pada Gregoria saat dia kalah di game pertama. Bahwa dia adalah pemain terbaik di kelasnya di Indonesia, coba keluarkan semua kemampuan yang dia punya. Lawannya tidak istimewa kok.

Pada penampilan tadi, Gregoria gerakan kakinya masih lambat, dia juga banyak melakukan kesalahan-kesalahan sendiri. Ruselli tidak bisa dinilai penampilannya, karena lawannya beda kelas dan memang sudah seharusnya Ruselli menang jauh.
Ruselli akan berhadapan dengan Akane Yamaguchi di babak kedua, bagaimana peluangnya?

Ya dihadapi saja, pokoknya Ruselli mesti berjuang habis-habisan. Sekalian dijadikan pengalaman.

Apa wejangan anda kepada pemain-pemain tunggal putri?

Saya mengatakan bahwa mereka jangan merasa seperti anak kecil terus. Walaupun masih muda seharusnya bisa lebih dewasa. Coba lihat Akane Yamaguchi, dia bisa juara super series di usia 16 tahun.

Saya juga minta mereka untuk menonton pertandingan Akane, Aya Ohori, Busanan Ongbumrungpan, dan He Bingjiao. Supaya mereka bisa belajar dan melihat bagaimana cara main pemain-pemain yang bagus.

Latihannya juga harus ditingkatkan lagi. Dengan hasil seperti ini, artinya latihan yang kemarin-kemarin belum ada apa-apanya, harus lebih keras lagi. (*)