Rexy Mainaky: Regenerasi Jadi PR Terberat PBSI

(Jakarta, 5/9/2013)

Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Rexy Mainaky menganggap regenerasi menjadi pekerjaan rumah terberat yang harus dihadapi. Memang bukan perkara mudah memindahkan tongkat estafet dari para pemain-pemain senior ke para juniornya.

“Menurut saya, pekerjaan rumah yang terberat sebenarnya bukanlah mempertahankan gelar juara dunia, All England, dan sebagainya. Tetapi bagaimana regenasi pemain untuk jangka empat sampai delapan tahun ke depan?” kata Rexy di Pelatnas Cipayung.

Lebih lanjut dinyatakan Rexy bahwa program regenerasi sudah dirancang oleh PBSI. Sebagai contoh, Rexy telah menyiapkan nama-nama atlet yang akan menjadi prioritas pada sejumlah turnamen besar mendatang seperti Piala Thomas dan Uber, Asian Games, SEA Games hingga Olimpiade Rio de Janeiro 2016.
Proses seleksi ini tak sembarang dilakukan, PBSI pun lebih jeli melihat potensi tiap pemain.

“Apakah kami akan memperbanyak pemain di kategori potensi dan memperkecil jumlah pemain elite? Pemain-pemain potensi juga harus benar-benar dilihat, bukan hanya dilihat dari dia juara. Seperti kita lihat banyak pemain yang juara di Sirnas dan pertandingan lainya, tetapi saat bertanding di luar negeri kalah-kalah juga. Jadi harus dilihat lagi potensi atlet ini sejauh mana,” ujar Rexy.

Tiap tahunnya PBSI mengadakan proses promosi dan degradasi dengan penilaian prestasi pemain selama berada di pelatnas khususnya penampilan setahun belakangan. Mereka yang dinilai layak menghuni pelatnas sebagai pusat pemain-pemain terbaik negeri ini, akan dipanggil dari klub.

Para atlet pelatnas potensi yang menunjukkan grafik penampilan menanjak juga bisa dipromosikan dari level potensi menuju level elite. Sementara mereka yang dinilai kurang berprestasi atau tidak dapat berkembang, akan dipulangkan ke klub masing-masing.

“Jumlah ideal pemain-pemain di pelatnas adalah tiga sampai empat pasangan ganda putra di level elite, begitu juga di ganda putri dan ganda campuran. Untuk tunggal putra dan tunggal putri, jika melihat ke Piala Thomas dan Uber, kita perlu empat orang. Selain elite, ada pemain-pemain kategori potensi. Ini juga terus kita pantau. Tahun pertama masuk pelatnas, dikirim ke turnamen, hasilnya seperti apa masih kita lihat. Tetapi kalau tahun kedua dan ketiga hasilnya masih sama saja, ya harus dilihat lagi apakah sebetulnya si atlet benar-benar berpotensi?” jelas Rexy.