(Pengembangan) Junior Master, Turnamen Baru di Kalender Kejuaraan Nasional

(Jakarta, 26/6/2013) Demi mencari bibit-bibit baru berpotensi tinggi, PBSI akan menambah satu turnamen lagi di kalender kejuaraan nasional. Turnamen ini diberi nama Kejuaraan Junior Master yang rencananya dimulai pada tahun 2014 mendatang.
 
Kejuaraan Junior Master mempertandingkan pemain-pemain junior terbaik dengan rangking nasional satu sampai 16 untuk nomor tunggal, serta satu sampai delapan untuk nomor ganda. Dengan menggunakan seleksi format round robin, turnamen ini akan memainkan lima nomor yaitu tunggal putra dan putri, ganda putra dan putri serta ganda campuran.
 
“Meskipun pemenang turnamen ini bisa disebut sebagai aset nasional, akan tetapi hal ini tak menjamin mereka untuk bisa menghuni Pelatnas Cipayung. Namun jika Binpres membutuhkan, bisa saja ini terjadi, tergantung kebutuhan dan situasinya seperti apa” ujar Basri Yusuf, Kabid Pengembangan PBSI.
 
Selain itu dijelaskan Basri, tiap atlet akan dinilai dari semua kriteria. Tak hanya rangking nasionalnya, tapi mereka juga harus dilihat fisiknya, sampai latar belakang keluarganya. Misalnya apakah ada keturunan penyakit tertentu seperti asma atau kurang gizi, dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk melihat potensi si atlet jangka panjang.
 
Kemenangan di Junior Master hanya memiliki porsi sebesar 60% dari nilai keseluruhan bagi seorang atlet. Sebanyak 30 % akan ditentukan dari hasil test fisik yang terdiri dari lima macam test yaitu Beeptest, Court Agility, Vertical Jump, SBJ (Standing Broad Jump), dan Skipping Rope.
 
“Jika standard seperti ini sudah dibentuk, maka setiap klub akan menambahkan lima jenis latihan fisik ini pada menu latihan sehari-hari. Dengan demikian, kami telah membentuk keseragaman latihan fisik di seluruh Indonesia. Poin-poin yang diperoleh atlet merupakan salah satu peluang untuk masuk Pelatnas, tentunya klub tak ingin atlet-atletnya kehilangan poin di bagian ini” imbuhnya.
 
Proses penilaian tiap atlet juga akan dilakukan secara transparan dan terbuka. Setiap atlet bisa dilihat datanya, sehingga terlihat keunggulannya dimana saja. Jadi, menurut Basri, rangking satu nasional saja tidak bisa menjadi acuan.